Cita Rasa BMW di Transmisi Matic 530i E34 M60

Cita Rasa BMW di Transmisi Matic 530i E34 M60

Bro n Sist…

Foto diatas adalah interior BMW tua kami yaitu E34 M60 Individual tahun 1994. BMW E34 Individual yang dijual di Indonesia, keseluruhannya ber transmisi otomatis alias Matic. Sebagai pengendara yang “sedikit agresif”, baru kali ini saya mau dan sudi memiliki mobil matic. Tentunya setelah “dijebak” dengan test drive oleh pemilik sebelumnya. Hehehe…

Sebagaimana kita ketahui, hal yang paling melekat dengan “BMW” adalah teknologinya yang advance dan driving quality yang menyenangkan. Tidak terkecuali dengan mobil Matic BMW. 

Sebelumnya, bagi saya, mobil matic hanya menawarkan kenyamanan namun mengabaikan hal lain, bahkan cenderung membosankan. Tapi ternyata tidak dengan BMW. Ada dua perbedaan signifikan yang membuat saya tetap Excited dengan matic nya BMW:

Sport mode yang agresif

Matic BMW e34 menawarkan mode A (auto) dan mode S (sport) hanya dengan menggeser selector yang ada di sisi kanan tuas persneling. Mode A menawarkan sensasi yang nyaman, sama seperti mobil matic pada umumnya. Shifting gear alias perpindahan gigi terjadi di 2000 – 2500 rpm. Hasilnya, mobil terasa smooth dan cukup hemat BBM.

Mode  S menawarkan sensasi sporty dan agresif. Shifting terjadi di 4000 – 4500 rpm. Bisa dibayangkan, dengan mesin 3.000 cc V8, sensasi jambakan akselerasi diatas 3.000 rpm terasa begitu dahsyat. Tidak heran jika Pada saat itu BMW mengklaim bahwa hanya butuh 7.1 detik untuk berakselerasi 0 – 100 km/jam.

Tetap mengutamakan safety 

Salah satu yg paling krusial dari transmisi matic adalah minimnya “engine brake” alias pengereman mesin. Saat beban berkurang, semua transmisi matic akan otomatis shifting ke gigi lebih tinggi. Begitu juga di kondisi jalan menurun. Untuk mendapatkan engine brake yang cukup, driver harus menggeser tuas persneling ke posisi L1 atau L2 untuk membatasi transmisi matic agar tidak shifting ke gigi tinggi.

Sama dengan mobil matic lainnya, di BMW seri 5 tahun 94 ini pun disediakan posisi tuas di 2, 3, 4 untuk membatasi transmisi matic. BEDANYA, tanpa menggeser tuas ke posisi 2 3 4 alias tetap di posisi “D” pun, saat driver menginjak rem lebih dari sekian detik, maka transmisi menangkap sinyal bahwa mobil butuh engine brake dan secara otomatis akan melakukan shifting ke gigi rendah untuk mendapatkan “Engine Brake”. Hal ini tidak saya temukan di Toyota Fortuner 2008.

Yes, I like it!

BMW Matic? Why Not?

#TheUltimateDrivingMachine

[Review] 5.000 km Bersama BMW E34 530i Individual 1994

img_4195.jpg

Bro n Sist…

Genap 5 bulan saya memelihara BMW merah ini. Mobil Eropa pertama yang menemani perjalan kami menyusuri indahnya Indonesia.

Bagi saya, BMW bukan srkedar mobil eropa layaknya Mercy, Volvo, Audy dsb. BMW memiliki nilai history tersendiri karena 17 tahun yang lalu, BMW khususnya yang bermesin V8 ini sempat saya idam-idamkan hingga terbawa mimpi. Alhamdulillah, walaupun terlambat, akhirnya kesampean juga memilikinya, merasakan sensasi juga aromanya yang khas.

Sebelum lanjut ke review, bagi Bro n Sist yg belum tahu, saya jelaskan lagi tentang BMW E34 530i Individual.

E34 menunjukkan kode body BMW seri 5 tahun 1988 – 1996. Ciri khasnya masih menggunakan dua pasang lampu depan bulat.

530i artinya BMW seri 5 dengan kubikasi mesin 3.000 cc. Untuk body E34, mesin 3.000cc yang disematkan adalah mesin dengan kode M60 yaitu mesin dengan konfigurasi V 8 silinder DOHC 32 valve.

Individual seri spesial edition untuk BMW dengan beberapa perbedaan dibanding seri non Individual, diantaranya electric seat, coolbox, krey elektrik dll.

Lanjut ke review kepemilikan BMW usia 22 tahun ini:

Fun & Nyaman

Biarpun tidak begitu agresif, e34 530i ini masih cukup mengasyikkan untuk bermain-main. Cukup geser selector transmisi matic ke mode “S” (sport), mobil dengan body cukup bongsor ini siap melesat kencang dalam hitungan detik.

Di sisi lain, kenyamanan suspensi dan kabin mobil ini sangat memanjakan kami betah berada di dalamnya. Suspensi yang lembut membuat mobil ini minim guncangan. Kabin yang super kedap, hanya menyisakan suara deru mesin V8 yang memacu adrenalin. Saking kedapnya, saya pernah hampir tertimpa palang pintu kereta api yang sudah mulai turun, akibat tidak mendengar suaranya.

Tampil Beda

Di Jogja, BMW E34 ini jumlahnya tidak sampai 30 unit. E34 530i tidak sampai 10 unit, dan E34 530i Individual sementara ini hanya ada SATU. Alhasil, mobil tua dengan warna menyala ini kerap mencuri perhatian pengguna jalan. Hehehe

3 Kali Mogok

Sebagai pemula yang baru pertama kali memelihara BMW, saya sempat bingung saat pertama kali mengalami mogok. Alhasil, saya hanya menurut saat mekanik storing memvonis sensor crank shaft rusak. Diganti sepasang Rp. 800.000.

Setelah satu bulan keluar bengkel cat, mobil saya mogok lagi, ternyata masalahnya masih sama, busi selalu basah, dan penyebabnya hanya gara-gara relay ECU yang mulai lengket sehingga ON terus. Cukup dibersihkan oleh om Prayit Mandiri Motor Sport BSD, mesin pun normal kembali. Bahkan untuk kasus ini jasa perbaikan digratiskan karena sekalian servis & ganti oli. Thanks om Prayit..

Tiga hari setelahnya, mobil saya bawa dari Cikarang menuju Jogja via Pantura. Mobil kembali mogok tengah malam di daerah Kaliwungu Kendal. Saya cek box sikring, ternyata sikring fuel pump putus. Setelah saya ganti baru, langsung putus lagi. Dengan bantuan om  Kipu BMWCCI Semarang Chapter, akhirnya mobil saya normal kembali. Ternyata problemnya hanya karena konslet di konektor fuelpump.

Setelah kejadian itu, BMW saya tidak pernah mogok lagi, bahkan dibawa keluar kota, dan pulang tengah malam berani melewati jalur Randu dongkal- Purbalingga – Sempor- Gombong yang sangat sepi.

Problem AC 

Saya mengalami dua kali problem AC. Yang pertama, AC tidak bisa menyala sama sekali. Setelah dicek oleh mas Oni Kandang BMW Godean, ternyata hanya masalah dudukan sikring yang meleleh akibat tidak kuat menahan arus terlalu besar. Oleh mas Oni dibuatkan dua jalur pararel sehingga arus menjadi lebih kecil. AC pun normal kembali dengan biaya Rp. 100.000 saja

Yang kedua, kejadian baru dua minggu yang lalu, AC tidak dingin. Blower hanya menghembuskan angin. Setelah dicek oleh mas Oni, ternyata pulley compressor sudah menipis sehingga jarak magnet AC menjadi jauh. Hal ini bisa diatasi dengan mengurangi ring spacer puli. Kebetulan masih ada 3 ring. Jika sudah habis maka puli wajib diganti. AC pun normal kembali dengan biaya “seikhlasnya”.

Kebocoran Power Steering & Power Brake

Di BMW 530i ini power steering menyatu dengan power brake (booster rem). Saya pernah mengalami kebocoran di selang high pressure. Gejalanya, saat pedal rem diinjak, ada suara mendengung dan pedal terasa bergetar. Saya langsung menebak ada kebocoran di power brake karena ada tetesan di garasi. Benar saja, setelah dicek, minyak power steering/ power brake tinggal setengah. Solusinya, crimping ulang selang high pressure. Pengerjaan oleh mas Danang Kandang BMW Godean.

Kasus asap knalpot bau bensin

Awal November lalu, asap knalpot BMW saya terasa pedih di mata dan bau bensin menyengat. Saya curiga ada gangguan di MAF (Mass Air Flowmeter). Setelah discan di Wisan Motor, ternyata MAF normal. Hanya saja, ada dua Coil yang mati. Sempat heran juga, dua coil mati tetapi mobil masih bisa menyala bahkan sanggup melaju kencang. Ck..ck..ck..

Accident di jalur Deandels

Di perjalanan berangkat ke Bekasi, saya mengalami accident yaitu bumper belakang menyenggol bus. Akibatnya bumper pecah. Syukur Alhamdulillah mobil tidak oleng. Bahkan anak saya yang tidur di dalam mobil pun tidak sempat bangun.

Sekarang mobil saya sedang proses pengerjaan penggantian bumper satu set depan & belakang menggunakan Hartge body kit. Pengerjaan oleh mas Dimas Condong Catur.

Kesimpulan

  1. BMW 530i Individual menyajikan kenyamanan dan Driving Quality yang luar biasa yang jauh melebihi ekspektasi saya terhadap sebuah mobil. Tidak seperti sebelumnya yang lebih terasa menjiwai jika naik Roda dua, BMW ini mampu menggerakkan jiwa kami turut serta dalam setiap perjalanan.
  2. Saya tidak mengikuti anjuran para senior BMW untuk men servis total BMW saat baru menerimanya. Akibatnya terjadi beberapa problem yang sebenarnya sepele tetapi malah merepotkan.
  3. BMW sangat cocok untuk Automotive Enthusias yang sensitif terhadap detail kualitas berkendara. Anda akan sangat ketagihan. Sebaliknya, sangat tidak cocok untuk orang-orang yang hanya membutuhkan sarana pengangkut penumpang yang murah dan efisien.
  4. BMW merusak selera berkendara saya terhadap mobil.
  5. Terakhir, We Love BMW.
[Review] Honda Verza untuk Touring Jarak Jauh

[Review] Honda Verza untuk Touring Jarak Jauh

Bro n Sist…

Foto diatas hanya sebagai ilustrasi, karena pada saat sy riding jarak jauh menggunakan Honda Verza ini tidak sempat berfoto-foto.

Bulan Januari lalu, untuk pertama kalinya pasca operasi tulang selangka, saya riding jarak jauh lagi (bukan touring sih.. Hehehe) yaitu dari Bekasi (Sukatani) menuju Jogja dengan rute:

Sukatani – Cikarang – Cirebon – Brebes – Tegal – Slawi – Randu Dongkal – Purbalingga – Sempor – Gombong – Petanahan – Jalur deandels – Bantul – Banguntapan.

Saya sengaja memilih rute tersebut untuk menghindari hancurnya jalur Pantura dan Bobroknya jalur Bumiayu. Alhamdulillah, dari Slawi sampai Jogja melalui rute tersebut kondisi jalan cukup baik.

Bagaimana review Honda verza untuk perjalanan jarak jauh? Silahkan disimak…

Baca juga:

Riding Position Nyaman

Honda Verza yang saya bawa ini kebetulan sudah ganti stang menggunakan stang Fat bar dengan ketinggian stang tidak jauh berbeda dibanding stang bawaan, namun lebih lebar. Riding position motor ini bagi saya terasa cukup nyaman. Posisi badan cukup tegak sehingga tidak mudah mudah lelah untuk perjalanan jarak jauh.

Handling Stabil

Walaupun jarak sumbu roda tidak terlalu panjang, Honda Verza ini memiliki stabilitas Handling yang cukup baik. Di kecepatan 90 kpj, motor masih anteng sehingga tidak perlu effort yang besar untuk mengendalikan motor ini. Saya bisa lebih relax. Tidak se anteng Pulsar, tapi mendekati. Jauh lebih anteng dibanding Scorpio saya kemarin.

Mesin Adem

Buat saya, ini adalah salah satu keistimewaan Honda Verza. Meski cukup lama digeber dengan putaran tinggi, engine Honda Verza ini tidak mengalami gejala overheat. Lebih adem dibanding Pulsar apalagi Scorpio. False neutral (susah menetralkan gigi) layaknya Pulsar, Scorpio, Hyosung Comet / Kawasaki ER6 tidak terjadi di Honda Versa. Ini menandakan bahwa temperatur oli mesin stabil sehingga tidak terjadi pemuaian kampas kopling.

Under Power

Power Honda Verza yang hanya 13.xx HP memang terasa sangat kurang untuk perjalanan jauh terutama di Jalur Pantura yang sepi. Di kecepatan 90 km/jam mesin motor ini sudah berteriak dan mulai kehabisan nafas. Untuk mencapai 100 km/jam butuh perjuangan dan kesabaran serta harus tega dengan jeritan mesin yang mulai meronta.

Khusus urusan speed, sepertinya naik motor ini harus benar-bebar sabar dan mau menerima kenyataan jika di Pantura tidak bisa mengejar Matic & Bebek 125cc.

Torsi Mumpuni

Lain halnya dengan powernya yang kurang, torsi motor ini menurut saya lebih dari cukup. Melibas tanjakan di jalur Slawi – Purbalingga dapat dilakukan dengan mudah. Enteng saja. Di kesempatan ini Honda Verza terasa mengasyikkan.

Jok Lebar dan Nyaman

Jok Honda Verza memang tidak empuk, namun dengan desainnya yang lebar dan fit di “maaf” pantat, membuat terasa nyaman bahkan untuk perjalanan jauh.

Konsumsi BBM irit

Untuk perjalanan kemarin saya sempat mengukur konsumsi BBM motor ini. Yaitu 9.85 liter untuk 405 km. Artinya konsumsi bbm sekitar 41 km/liter dengan cara riding seenaknya. Cukup irit. Sebagai perbandingan, Vario 125 saya digeber kecepatan tinggi untuk touring Bali Lombok mencatatkan konsumsi bbm 38 km/liter.

Suspensi Cukup Nyaman

Diluar dugaan, suspensi motor ini cukup nyaman. Tidak se lembut dan senyaman Pulsar, tapi masih lebih nyaman dibanding Scorpio saya. Sedang-sedang saja.

Manuver Kurang Presisi

Salah satu yang perlu diwaspadai dari motor ini yaitu kemampuannya untuk bermanuver. Masih kurang presisi alias sedikit membuang. Setidaknya busa diminimalisir dengan mengurangi kecepatan saat hendak bermanuver di tikungan tajam.

Kesimpulan

Worthed

Butuh upgrade performa

Pilihan tepat untuk berhemat

Menjawab kebutuhan ??.
Bro n Sist, silahkan dikomentari…

[Review] Tiga Tahun Bersama Vario 125


Bro n Sist…

Tidak terasa Vario 125 (wtf) warna merah sudah berumur tiga tahun. Ini adalah pertama kali saya punya motor sampai tiga tahun. Sebelumnya, bahkan sampai sekarang, motor saya paling lama hanya bertahan 1.5 tahun sudah dijual, entah karena bosan atau memang tertarik motor yang lain. Terakhir, baru saja saya menjual Yamaha Scorpio yang belum genap satu tahun menginap di garasi saya.

So, WTF merah ini adalah reccord motor yang bertahan paling lama di garasi saya. Hehehe…
Selama tiga tahun ini, WTF baru menempuh jarak sejauh 21.900 Km. Di tahun ketiga ini jarak tempuh WTF saya relatif sama dengan tahun kedua, yaitu sekitar 8.500 km. Ini sudah termasuk perjalanan touring Jawa – Bali – Lombok sejauh 2.000 km ++.

WTF dipakai harian & touring

Di tahun ketiga ini, WTF dua kali saya pakai untuk touring. Yang pertama adalah touring ke Pantai Menganti Kebumen (200 km ++), yang kedua adalah Touring Jogja – Bali – lombok PP (2.000 km ++), Khusus mengenai review WTF yang dipakai untuk touring, saya sudah pernah buat tulisannya disini…

Modifikasi

Jika di tahun pertama WTF langsung saya modif dengan mengganti Velg, ban dan pemasangan box, di tahun kedua saya modifikasi jok WTF jadi lebih tebal, lebih lebar dan lebih empuk. Di tahun ketiga, bisa dikatakan saya tidak memodifikasi apapun. Saya sempat memasang windshield lebar di WTF ini, namun dipasang hanya sebatas untuk keperluan touring Bali Lombok. Setelah selesai touring, windshield tersebut kembali saya lepas.

Perawatan mudah

Kalau dibanding beberapa motor yang pernah saya punya, bisa dibilang WTF ini perawatannya paling mudah. Cukup ganti oli tiap 2000 km, bersihkan CVT, ganti oli transmisi, cek kampas rem. Itu saja. Part fast moving yang sudah pernah ganti hanya ban, filter udara dan kampas rem depan belakang. Sedangkan part slow moving yang udah pernah ganti, yaitu kom stir dan belt CVT komplit dengan rollernya.

Penggantian part di tahun ke 3

Di tahun ketiga ini WTF mengalami beberapa penggantian part yaitu:

Ban depan, Federal 90/90-14 diganti dengan Corsa platinum R99 80/80-14

Ban belakang, FDR Sport Evo 110/80-14 diganti dengan Corsa Platinum R26 100/80-14

Kampas rem belakang

Belt CVT satu set dengan roller.

Praktis & fungsional

WTF ini sangat praktis. Dipake jarak dekat oke, dipakai jarak jauh pun cukup mumpuni, terlebih dengan menggunakan velg tapak lebar, handling WTF saya terasa lebih stabil jika dibanding WTF standar.

Selain praktis juga fungsional. Bagasi cukup luas, ditambah box belakang 33 liter, sangat membantu saya untuk kirim-kirim barang ke jne, tiki, wahana dll pesanan tokopedia.

Motor pasaran

Ini yang kurang menarik dari WTF. Motor ini pasaran !!. Mulai dari ABG sampai bapak kepala sekolah, banyak yang pakai motor ini.

Suspensi Belakang Keras

Pernah suatu hari saya naik Gojek, dapat motornya Suzuki Skydrive. Setelah turun dari Gojek, selama beberapa hari saya merasa ill feel dengan suspensi WTF yang keras dan sangat kurang nyaman jika dibandingkan dengan Suzuki Skydrive milik abang Gojek.

Kesimpulan

– WTF itu simpel

– WTF itu biasa saja

– WTF itu cukup worth

– Kepingin Skydrive ?

– …
Bro n Sist, silahkan dikomentari…

[Driving Review] Datsun Go 2015, Asyik dibawa Agresif

[Driving Review] Datsun Go 2015, Asyik dibawa Agresif

Bro n Sist…

Seperti janji saya di tulisan sebelumnya, saya akan menceritakan Driving Review Datsun Go yang kebetulan saya kendarai berbarengan dengan tim Jelajah Nusantara KDGI mulai dari Solo sampai kediri dan kembali lagi ke Solo.

Di kesempatan tersebut saya mengendarai Datsun Go keluaran tahun 2015 milik om Yamato KDGI Solo dengan kondisi hampir 100% standar, hanya ada beberapa sentuhan modifikasi penampilan dan aksesoris. Bahkan velg dan ban masih menggunakan ring 13 dengan profil ban 155/70-13.

Rute yang saya tempuh menggunakan Datsun Go adalah Solo – Tawangmangu- Sarangan- Magetan- Maospati- Ponorogo- Trenggalek- Tulungagung- Wates- Pare – Kediri- Nganjuk- Madiun- Maospati- Magetan- Sarangan- Tawangmangu- Solo. Bagi Bro n Sist yang sering luntang-lantung, pasti tahu betul kondisi jalur yang saya lewati tersebut sangat bervariasi. Mulai dari jalan datar yang lurus, tanjakan curam dan berkelok, hingga kemacetan kota, serta jalanan rusak, semuanya ada di jalur tersebut. 

Bagaimana rasanya naik Datgo? Berikut ini ulasannya.

Fitur 

City car 5 seater keluaran Datsun ini terkesan simple dan minimalis namun fungsional. Fitur standar yang disematkan berupa AC single blower, audio single DIN, power window untuk jendela depan. 

Namun demikian, panel instrumen Datgo ini tergolong cukup lengkap. Mulai dari speedometer analog, tachometer digital, indikator bbm digital, trip meter, fuel consumption dan lain-lain dapat dipantau melalui panel instrumen ini. Hanya saja, bagi saya yang terbiasa dengan jarum tachometer analog, tachometer digital di Datgo ini terlalu kecil dan kurang jelas jika hanya dilirik sekilas.

Kenyamanan ruang kabin

Ruang kabin mobil ini cukup nyaman untuk di row 1, sedangkan di row 2, untuk postur saya (174cm) sepertinya harus berkompromi dengan penumpang row 1. Artinya, jika ingin nyaman, maka jok depan harus dimajukan.

Hembusan AC di mobil ini lebih dari cukup untuk mendinginkan seluruh ruang kabin. Adem benerr..

Mengenai kenyamanan ruang kabin, ada dua hal yang menjadi catatan saya. 

Pertama, ruang kabin kurang kedap. Suara bising dari luar terdengar sampai kedalam. Begitu juga suara hujan. Untuk yang satu ini teman-teman komunitas sudah mempunyai solusi dengan memasang peredam aspal, peredam body dan plafon.

Kedua, bagi saya (subjektif) jok Datgo ini kurang nyaman. Selain jok nya yang kurang tebal, head rest pun tidak bisa diatur naik turun. Bahkan head rest jok baris kedua terlalu rendah sehingga tidak bisa digunakan untuk sandaran kepala untuk orang dewasa dengan postur tinggi.

Driving Position

Mobil ini menawarkan driving position yang cukup nyaman dan bisa diatur sesuai keinginan mulai dari maju mundur jok, tegak dan rebah sandaran jok dengan cara manual. Over all Driving position cukup nyaman, dengan visibilitas yang cukup baik. 

Performa

Menggunakan mesin 1200cc 3 silinder lungsuran dari Nissan March, mobil ini memiliki torsi yang cukup besar. Dengan bobot yang ringan, hentakan mesin 1200cc sangat terasa saat mobil diajak berakselerasi. Di tangan driver yang tepat, mobil ini dapat melesat kencang dalam waktu singkat.

Saya katakan “di tangan driver yang tepat” karena karakter mesin Datgo ini agak unik. Grafik torsi terasa landai dan kurang bertenaga di rpm rendah, kemudian melesat tajam setelah melewati 2000 rpm. Maka dari itu, bagi driver pemula, kemungkinan besar akan menganggap Datgo susah berakselerasi. Pada kenyataannya, dengan menggantung throttle diatas 2000 rpm, Datgo siap diajak bermain-main. Akselerasinya benar-benar nendang untuk kelas 1200 cc.

Sponsor

Ada satu catatan saya di sektor ini. Perbandingan Rasio gigi 1 dengan gigi 2 terlalu jauh. Gigi 2 menurut saya terlalu berat. Sehingga saat menanjak di kecepatan rendah, harus menurunkan ke gigi 1, saat diturunkan, mobil langsung melonjak karena rpm cukup tinggi dan torsi mesin yang galak.
Handling dan Suspensi

Jujur, handling mobil ini melebihi ekspektasi saya. Seolah mewarisi karakter mobil-mobil Nissan, handling Datgo lebih baik dibanding Agya/Ayla, Xenia/Avanza apalagi Panther. Mobil ini cukup stabil di kecepatan tinggi, dan masih cukup presisi untuk menikung. Gejala limbung terasa sangat minim.

Untuk redaman suspensi pun mobil ini cukup nyaman. Lebih empuk dibanding Avanza dan Rush, sedikit lebih keras dibanding Grand Livina. Cukup nyaman.

Traksi dan Pengereman

Traksi ban yang kurang mencengkram menjadi PR berikutnya dari mobil ini. Walaupun sebetulnya untuk penggunaan yang kalem, masih sangat mumpuni. Saya sempat mengalami slip di roda belakang saat bermanuver menikung di kecepatan tinggi di daerah Sarangan dengan kondisi basah. Sedangkan saat menyetir tidak agresif, traksi ban standar bawaan Datgo ini masih cukup baik, bahkan di kondisi hujan.

Mengganti ban dengan profil yang lebih lebar adalah keputusan yang bijak untuk mobil ini.

Pengereman mobil ini mewarisi ciri khas Nissan, tidak mengagetkan seperti Daihatsu, tetapi cukup pakem dan presisi.

Konsumsi BBM

Jujur, saya sendiri tidak melakukan pengukuran konsumsi BBM di mobil ini. Hanya saja, salah satu peserta rombongan JN2 yaitu om Anton melakukan pengukuran konsumsi BBM Datsun Go+ (3 baris) dan mendapatkan hasil sekitar 14 km/liter untuk rute luar kota dengan muatan full.

Kesimpulan

Dengan harga beli yang cukup terjangkau, mobil ini layak menjadi pilihan bagi keluarga kecil yang membutuhkan mobil untuk aktifitas sehari-hari dan tidak mau pusing dengan urusan perawatan mobil second. Kenyamanan suspensi dan handling ala Nissan serta performa mesin menjadi keunggulan yang menonjol mobil ini dibanding kompetitor. 

Dengan torsi yang melimpah serta handling yang presisi dan mantap, mobil ini sangat asyik untuk dibawa agresif. Tentunya dengan catatan ban diganti dengan profil lebih lebar.

Adapun beberapa catatan kekurangan mobil ini, semestinya menjadi masukan untuk PT. NMI dalam mengembangkan Datsun generasi berikutnya.

Pros:

(+) Mesin bertenaga

(+) Handling mantap

(+) Suspensi nyaman

(+) Desain modern (selera)

(+) Radius putar cukup baik

Cons:

(-) Peredaman kabin kurang

(-) Jok kurang nyaman

(-) Traksi ban kurang mencengkram

Silahkan dikomentari…

[Riding Review] Honda PCX 150, Asyik Buat Harian

Bro n Sist…

Sekitar setahun yang lalu saya pernah menuliskan tentang Honda PCX 150 VS Yamaha Nmax 155. Secara garis besar, PCX unggul di built quality dan kenyamanan sedangkan Nmax unggul di harga dan performa.

Kali ini saya coba sharing pengalaman saya menggunakan Honda PCX 150 ini untuk aktifitas sehari-hari dengan rute jalur Cikarang – Tambelang- Tambun utara- Grama puri dan sekitarnya. Kondisi jalanan disini didominasi jalan beton yang dipenuhi handicap berupa kemacetan, beton retak, beton naik dan turun tiba-tiba, polisi tidur level 12 dan sebagainya. Silahkan disimak review berikut ini…

Suspensi empuk

Sudah bukan rahasia bahwa Honda PCX ini memiliki suspensi yang empuk. Redaman suspensi PCX ini terasa nyaman untuk melibas jalanan kabupaten Bekasi ini. Berbagai handicap yang saya sebutkan diatas itu bukan masalah serius jika menggunakan PCX.

Jok nyaman

Jok PCX 150 ini sudah didesain nyaman dari sananya tanpa perlu dirombak atau dimodifikasi. Selain busanya yang tebal dan empuk, cover jok yang lentur ukurannya yang lega serta bentuknya yang mengikuti kontur maaf “pantat” menjadikannya benar-benar nyaman diduduki.

Bagasi Luas

Bagasi PCX yang luas sangat membantu untuk menyimpan barang bawaan yang menunjang aktifitas sehari-hari.

Riding Position Relaks

Salah satu keunggulan motor matic bongsor (bukan hanya PCX) dibandingkan motor sport, bebek, atau matic kecil adalah riding position yang relaks. Posisi stang yang cukup dekat dan tinggi membuat badan lebih tegak. Dek pijakan kaki pun cukup luas dengan dua pilihan posisi kaki, ditekuk atau dijulurkan ke depan.

Konsumsi BBM Irit

Setahun yang lalu saya menghitung konsumsi BBM PCX untuk rute jalur pantura Cikarang – Cirebon dengan kecepatan sering menyentuh 90-100 km/jam, hasilnya adalah 40km/liter pertamax. Anehnya, saat dipakai santai harian dengan kondisi jalan yang bervariasi dengan kecepatan maksimal 60 km/jam, PCX ini justru lebih irit. Konsumsi BBM bisa mencapai 48 km/liter pertamax.

Kelemahan PCX 150 tidak berpengaruh untuk harian.

Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, Honda PCX 150 bagi saya memiliki beberapa kelemahan. Top speed yang mentok di angka 105 km/jam, suspensi yang mengayun di kecepatan tinggi, pengereman yang kurang baik di kecepatan tinggi, serta handling yang kurang presisi di kecepatan tinggi. Kelemahan-kelemahan tersebut tentunya sangat mengganggu jika PCX digunakan untuk touring high speed. Namun untuk aktifitas harian, rasanya tidak berpengaruh sama sekali. 

Reliable

Harus saya akui bahwa motor bebek dan matic honda memiliki reabilitas yang baik. Tidak terkecuali PCX 150 ini. Bandel dan awet. 

Kesimpulan

Diluar harga beli nya yang cukup (terlalu) tinggi, Honda PCX 150 adalah motor terbaik untuk aktifitas harian. Sedangkan untuk touring jarak jauh, tanpa ragu saya lebih merekomendasikan…

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bajaj Pulsar 220.

Bro n Sist, silahkan dikomentari…

[Review] Setahun Bersama Panther LM

Bro n Sist…

Tak terasa si Biru yang berisik itu sudah menemani kami sekeluarga selama hampir satu tahun. Mobil low profil ini sangat setia menemani kami kesana-kemari, Jogja – Tangerang – Cirebon- Cikarang- Ngawi- Kudus- Salatiga semuanya dilalui tanpa kendala dan tanpa menguras kantong. Sekarang saatnya saya coba sharing pengalaman memelihara mobil ini selama satu tahun pertama. Silahkan disimak…

Bandel dan minim perawatan

Terjawab sudah pertanyaan dalam hati saya, kenapa mobil brisik dan polusi ini harga sekennya cukup tinggi. Ternyata kata kuncinya adalah “Bandel”. Saking bandelnya, biaya perawatan mobil ini menjadi sangat murah. Perawatan rutin yang saya lakukan di mobil ini :

Continue reading

[Driving Review] Toyota Fortuner 2.7 G Matic 2008

toyota fortuner

Bro n Sist…

Saat ini mobil-mobil keluaran terbaru makin bervariasi, mulai dari LCGC dengan harga 100 jutaan, Low MPV dengan harga 200 jutaan sampai Sedan mewah dengan harga diatas 1 Milyar. Dengan harga mobil baru yang terus merangkak naik, mobil second semakin menarik untuk dipertimbangkan. Contohnya Toyota Fortuner tahun 2008 dengan harga pasaran sekitar 200 juta atau setara dengan harga Low MPV 1500 cc terbaru.

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan menjajal SUV Toyota ini dengan rute Cikarang- Ciater PP via Klari, Tol Cikampek, Tol Cipali, Subang, dengan muatan isi 6 orang dewasa dan satu orang anak usia 3 tahun. Toyota Fortuner yang saya gunakan adalah tipe G dengan mesin 2700cc bensin BBM pertamax, transmisi Automatic 4 speed (Non CVT). Berikut ini ulasannya:

Fitur 

SUV keluaran tahun 2008 ini memiliki fitur yang tergolong lengkap. Mulai dari rem ABS, Airbag, AC digital double blower, double DIN touchscreen audio video dilengkapi dengan pengaturan pada roda kemudi. Interior mobil ini terkesan mewah dan elegan dengan aksen warna beggie dan beberapa wood panel, meskipun dasboard dan doortrim masih menggunakan plastik dan belum dilapisi kulit. Mobil ini juga sudah dilengkapi Digital Fuel consumption indicator.

Kenyamanan ruang kabin

Ruang kabin mobil ini cukup nyaman baik di row 1, row 2 maupun row 3. Semuanya lega. Row 2 dan row 3 pun masih dapat merasakan hembusan AC berkat double blowernya. Dan yang paling istimewa dari mobil ini adalah kesenyapan ruang kabinnya. Ruangkabin mobil ini begitu senyap seperti mobil eropa.

Driving Position

Mobil ini menawarkan driving position yang cukup nyaman dan bisa diatur sesuai keinginan mulai dari maju mundur jok, tegak dan rebah sandaran jok, dan naik turun stir. Hanya saja semua pengaturan masih dengan cara manual, tidak seperti BMW 530i 1994 Individual yang saya review beberapa waktu lalu yang sudah full electric. Over all Driving position cukup nyaman, dengan visibilitas yang cukup. Hanya saja untuk driver pemula, perlu sedikit penyesuaian karena mobil ini cukup tinggi dan panjang.

toyota fortuner

Performa

Biarpur kapasitas mesinnya mendekati 3.000 cc, tapi mobil ini masih menggunakan konfigurasi 4 silinder inline sebagaimana mobil-mobil kapasitas 1300 – 2000 cc. Jumlah silinder yang sedikit tentunya memiliki keuntungan Torsi yang melimpah di putaran rendah. Benar saja, cukup tekan pedal gas sedikit, tidak sampai 2000rpm mobil ini langsung ngacir.

iklan-filter-ac-fortuner

Untuk menekan konsumsi BBM Toyota memanfaatkan karakter mesin Fortuner yang torque ini dengan memasang rasio transmisi yang tinggi (berat), sehingga di jalan datar, mobil ini dapat melaju hingga kencang tanpa lebih dari 2500 rpm. Alhasil, konsumsi BBM bisa lumayan irit meskipun mesin CC besar dan transmisi matic.
Rasio yang berat tentunya mengurangi kemampuan berakselerasi, juga kemampuan menanjak. Untuk ukuran 2.700cc akselerasi mobil matic ini bagi saya cukup responsif tapi tidak terlalu istimewa. Mungkin versi manual akan jauh lebih baik.

Kemampuan mendaki dari mobil ini pun bagi saya tidak begitu istimewa, dengan penumpang 6 orang dewasa dan 1 orang anak, mobil ini terasa berat saat mendaki jalur Ciater, sampai-sampai Ford Fiesta di belakang kami tidak sabar menunggu dan langsung overtake begitu ada kesempatan.

Handling dan Suspensi

Jujur, handling mobil ini melebihi ekspektasi saya. Mobil setinggi ini ternyata memiliki handling yang cukup baik. Jauh lebih baik dibanding avanza yang tidak terlalu tinggi apalagi Panther. Mobil ini sangat stabil di kecepatan tinggi, dan masih cukup presisi untuk menikung. Gejala limbung terasa sangat minim. Ternyata mobil tinggi belum tentu limbung.

Untuk redaman suspensi pun mobil ini cukup nyaman. Lebih empuk dibanding Avanza dan Rush, sedikit lebih keras dibanding Grand Livina. Cukup nyaman. Selain redaman yang cukup empuk, suspensi mobil ini pun terasa kokoh tanpa bunyi-bunyian meskipun sudah berumur 8 tahun.

Traksi dan Pengereman

Kebetulan ban mobil ini sudah diganti dengan Bridgestone Dueller AT (all terrain) yang secara teori memiliki kemampuan on road dan off road sama baiknya. Kemampuan on road ban jenis ini tentu tidak sebaik ban standar jalanan atau pun ban jenis HT (higway terrain). Namun ternyata setelah saya coba, traksi ban ini masih cukup baik di jalan aspal maupun jalan beton bahkan di kondisi basah sekalipun. Beberapa kali saya harus melakulan pengereman mendadak di kondisi basah, mobil ini masih bisa dikendalikan dengan baik. Tentunya berkat peran dari rem ABS. Untuk traksi dan pengereman mobil ini bagi saya cukup baik.

Konsumsi BBM

Dengan rute perjalanan Cikarang- Ciater PP, macet di daerah Subang – Jalan cagak, penumpang 6 orang dewasa + satu orang anak, Konsumsi BBM mobil ini 8 km per liter.

Kesimpulan

Dengan mesin yang besar dan kapasitas penumpang yang banyak, mobil ini sangat cocok bagi anda yang gemar berpetualang bersama keluarga. Ground clearance nya yang tinggi membuat anda bebas kemana saja tanpa khawatir.

Dibalik kesan gagah dan tegas, ternyata Fortuner masih sangat nyaman untuk dikendarai. Hanya saja, untuk urusan performa sepertinya transmisi manual menjadi pilihan yang lebih menarik dan fungsional.

Pros:

(+) Ruang kabin nyaman

(+) Fitur cukup lengkap

(+) Handling dan suspensi cukup baik

(+) Gagah dan siap diajak kemana saja

Cons:

(-) Akselerasi dan kemampuan mendaki biasa saja

(-) Radius putar kurang

(-) Body terlalu besar dan panjang, susah parkir
Silahkan dikomentari…

 

Baca juga:

Kelebihan dan kekurangan Toyota Hilux 4×4 2009

Review Jeep Cherokee 4.0 4×4 1995, Lebih Enak Dari Fortuner

Driving Review BMW 530i E34 V8 Individual 1995

Wuling Tertinggi Harga 167 juta VS Avanza Terendah harga 189 juta

 

[Driving Review] BMW 530i Tahun 1994 3.000cc V8

bmw 530i

Bro n Sist…

Setelah dapat unit BMW 530i Individual tahun 1994, mobil tersebut langsung saya bawa dari Yogyakarta ke Cikarang untuk direview. Berikut ini hasil review saya, silahkan disimak.

BMW 530i Individual E34M60. 3.000cc V8 32 valve. Tahun 1994 (usia 22 tahun)

Rute: Jogja – Cikarang via Bumiayu

Kesan pertama



Mobil terasa bongsor, lebar dan panjang. Kabin lega dan mewah. Body e34 terlihat classic (jadul) dan berkarakter.

Fitur



ABS, air bag, electric seat, cool box, electric krey (rusak), electric mirror, dual mode untuk transmisi matic yaitu Auto (A) & Sport (S), instrumen cluster tergolong lengkap, sangat canggih pada jamannya, dll

Driving position



Driving position bisa diatur suka2 dengan pengaturan jok electric. Ada 4 axis pengaturan:

Maju mundur jok

Naik turun jok

Rebah tegak sandaran bahu

Naik turun sandaran kepala

Driving position terasa nyaman, visibilitas cukup baik, walaupun agak merepotkan bagi driver pemula. Kaca spion original BMW bagi saya terlalu datar (kurang cembung), akibatnya kendaraan di belakang terlihat sangat dekat. Perlu pembiasaan. Yg menarik, kaca spion ini anti silau.

Handling dan Suspensi



BMW e34 ini memiliki handling yg cukup baik, stabil di kecepatan tinggi, dengan body yg panjang dan lebar masih cukup mumpuni diajak menikung tajam, meskipun kalau dibandingkan dengan BMW seri 3 atau Mitsubishi Lancer, masih kalah presisi. Sedangkan untuk suspensi, e34 ini tergolong sangat nyaman. Suspensi empuk, tetapi tidak terasa mengayun. Bisa dibilang sektor kenyamanan suspensi inilah yg membuat e34 unggul telak dibanding e36 (seri 3).

Performa



Dengan engine 3.000 cc V8 DOHC 32 valve, mobil ini punya tenaga yang beringas mencapai 218HP. Sayangnya dengan konvigurasi V8, tenaga yg dahsyat baru terasa diatas 2500rpm, dibawah itu terasa biasa saja.

Pada mode A, akselerasi mobil ini tidak terlalu istimewa untuk ukuran BMW, tapi pada mode S, sekali tancap gas dijamin badan langsung tersentak tertarik ke belakang. Sangat asyik untuk bermain2 menyalip di Tol, tinggal towel ke mode S, mobil serasa pakai NOS. Wuuush… Meskipun dengan konsekuensi konsumsi bbm yg sangat boros.

Traksi dan Pengereman


Traksi ban Bridgestone Turanza 225/60 -15 yang terpasang di velg 15″ standar BMW seri 5 ini tergolong cukup baik. Beberapa kali terpaksa melakukan hard braking, tidak ada gejala slip, bahkan di kondisi track basah. Hal ini tentunya juga berkat kinerja rem ABS dan power brake yang berfungsi dengan baik.

Untuk mobil dengan bobot 1.6 ton transmisi matic, saya mengapresiasi kualitas pengereman mobil ini. Meskipun tidak sebaik seri 3 yang memiliki bobot lebih ringan.

Konsumsi BBM



Dengan cara driving masih sering lihat jarum “Fuel Consumption” (tujuan eco drive) tapi terkadang sering lupa, sering main-main dengan mode sport sampai 4500 rpm. Konsumsi BBM rata2 sekitar 7.5km/liter untuk perjalanan Jogja – Cikarang menggunakan Pertamax 92.

Kesimpulan



BMW e34 M60 Individual menawarkan kenyamanan yang baik dengan segudang fitur yg memanjakan tanpa menghilangkan karakter BMW di dalamnya. E34 cocok untuk perjalanan jauh bersama keluarga. Mobil dengan usia 22 tahun yang memiliki teknologi dan kenyamanan diatas rata-rata. Bahkan mobil tua ini masih terasa lebih nyaman dan lebih kencang jika dibandingkan mobil 300jutaan yang baru keluar dari dealer. Trust me!
Pros :

(+) Suspensi nyaman

(+) Kabin cukup luas

(+) Interior mewah dan kaya fitur

(+) Handling stabil di kecepatan tinggi
Cons

(-) Body bongsor, panjang dan lebar

(-) Kurang lincah dibanding seri 3

(-) Boros BBM

(-) Eksterior terkesan jadul
Bro n Sist, silahkan dikomentari…

 

Baca juga:

Bengkel Spesialis BMW, OB Motor Jogja

7 Alasan Jangan Beli BMW 530i E34

Restorasi Yamaha Scorpio 2005

image

Bro n Sist…

Beberapa waktu lalu saya pernah posting mengenai Yamaha Scorpio 2005 second yang sekarang jadi tunggangan saya, lengkap dengan plus dan minusnya. Sekitar 3 bulan lalu, Scorpio 2005 mampir di garasi saya, menggantikan Kawasaki ER6n yang udah berubah jadi 4 roda.

Punya motor second dengan umur lebih dari 10 tahun itu ternyata seru juga. Dengan berbagai kekurangan yang ada, lahirlah kreatifitas untuk membenahi tunggangan jadi sesuai dengan riding style kita. Begitu juga Scorpio seken punya saya ini. Setelah tiga bulan diutak-atik sana-sini baru berasa enaknya. Dan disitulah benih-benih cinta mulai bersemi dan tumbuh. Jiaahh…. ? ? Continue reading