Kali ini saya melakukan perjalanan marathon menyusuri pantai selatan Kabupaten Lebak – Banten dan Kota Pelabuhan Ratu – Jawa Barat. Lokasi-lokasi yang saya kunjungi diantaranya:
Pantai Bagedur (Malingping Kab. Lebak)
Pantai Sukahujan (Cihara Kab. Lebak)
Pantai Kirana (Wanassalam Kab. Lebak)
Pantai Karang Malang (Binuangeun Kab. Lebak)
Pulau Manuk (Bayah Kab. Lebak)
Sawarna (Bayah Kab. Lebak)
Pantai Karang Hawu (Pelabuhan Ratu)
Rute yang ditempuh:
Berangkat – Pulang:
Bitung – Balaraja – Serang (Ciruas) – Pandeglang – Saketi – Malingping – Cihara – Malingping – Wanassalam – Binuangeun– Malingping – Bayah – Sawarna – Pelabuhan Ratu – Cikidang – Cibadak – Bogor – Ciseeng – BSD – Lippo Karawaci – Bitung.
Perjalanan dimulai pagi. Tepat jam 03:15WIB saya berangkat dari rumah (Bitung Curug Tangerang) dengan bekal seadanya karena memang tidak berencana untuk menginap. Perjalanan Bitung – Balaraja Lancar, Brievo saya pacu hingga kecepatan 90 Km/jam. Sesampainya di Balaraja timur, mendadak turun hujan, saya pun segera mencari tempat berteduh untuk memakai jas hujan dan sepatu boot. Perjalanan pun saya lanjutkan, Balaraja – Serang – Pandeglang sepi lancar,. Jam 05:15 saya menyempatkan diri untuk beristirahat di SPBU antara Pandeglang – Menes. Sekalian menunaikan Sholat subuh dan isi BBM Full.
Tepat Jam 05:45 perjalanan saya lanjutkan.
Perjalanan dari Pandeglang – Saketi melewati jalan beraspal halus, namun perlu diwaspadai adanya beberapa lobang yang tiba2 muncul.
Sampai Saketi saya pun berbelok ke kiri ke arah Malingping. Jalanan Saketi Malingping cukup parah, Brievo Cuma melaju 10 – 40 Km/jam.
Setelah menempuh perjalanan offroad yang melelahkan, saya pun memutuskan untuk beristirahat di Jalupang Pasar Kecamatan Banjarsari sekalian sarapan pagi.
Seusai sarapan, perjalanan saya lanjutkan, masih dengan kondisi jalan yang rusak.
Akhirnya saya sampai juga di Pasar Malingping. Saya langsung belok kanan (kearah terminal), sampai di pertigaan terminal Malingping belok kanan kembali kearah Binuangeun, kira-kira 3KM tampak ada Petunjuk Bagedur Cottage di sisi kanan jalan.
Brievo saya belokkan ke kiri untuk memasuki area pantai Bagedur. Tepat Jam 08:30 sampai di bibir pantai Bagedur. Cuaca yang cerah, semakin memperindah pemandangan di pantai yang terkenal sangat landai ini. Sesekali awan mendung turut menghiasi indahnya langit pantai Bagedur.
Desiran ombak yang menggulung, hembusan angin sepoy-sepoy indahnya awan putih menghiasi langit biru, serta keramahan bapak dan ibu pemilik warung membuat saya betah berlama-lama disini. Hati ini terasa enggan untuk meninggalkan tempat seindah ini.
Kakek penjual gula aren, sorot matanya masih memancarkan semangat hidup yang membara, membuat saya merasa malu pada diri sendiri.
Hamparan laut biru nan jernih terpampang sejauh mata memandang kearah selatan. Sedangkan di sebalah barat dan timur tampak ada daratan nyang menjorok kelaut, dalam bahasa Indonesia disebut “Tanjung”. Namun penduduk sini menyebutnya “ancol”.
Jam 10:00 saya pun pamit untuk meninggalkan pantai Bagedur dan pergi kea rah timur. Kira-kira 6 Km kea rah timur, saya terkesima dengan pemandangan yang begitu indah yakni pantai “Suka Hujan”. Pantai yang dapat terlihat jelas dari jalan raya Malingping – Bayah ini memiliki perbedaan dengan pantai Bagedur. Jika di pantai Bagedur terdapat hamparan pasir yang sangat luas, maka disini terdapat Hamparan batu karang yang kokoh menahan terjangan ombak laut selatan yang maha dasyat.
Setelah puas menikmati pemandangan di pantai suka hujan, saya pun kembali melanjutkan perjalanan, kali ani saya masih penasaran dengan ancol yang ada di sebelah barat pantai Bagedur. Brievo saya pacu ke ambali ke arah barat dengan kecepatan sedang. Kira-kira 2 KM setelah melewati gerbang pantai Bagedur, mata ini dibuat terkesima dengan oleh pemandangan nan elok di sebelah kiri jalan. Rupanya ada sebuah pantai dengan hamparan pasir putih yang tidak terlalu luas namun menghadirkan nuansa yang eksotis di tepian ombak yang menggulung. Rupanya pantai tersebut dikelola oleh perorangan, “Pantai Kirana” begitu sebutan untuk pantai ini. Saya pun tak sabar untuk menjejakkan si brievo di hamparan pasir putih nan indah itu.
Setelah puas beroffroad ria di pasir putih, saya melanjutkan perjalanan kea rah barat yaitu menuju desa Binuangeun, konon disana terdapat ancol yang dijadikan objek wisata yang disebut “Karang Malang”. Setelah menempuh jarak sekitar 4 Km, sampailah saya di pantai Karang Malang ini. Beberapa warung berbaris di tepi pantai memudahkan para pelancong seperti saya ini untuk beristirahat.
Pantai Karang Malang merupakan pantai yang indah dengan laut yang jernih dihiasi batu-batu karang yang unik. Di kejauhan Nampak sebuah pulau kecil yang menurut penduduk sekitar disebut Pulau Tinjel. Pulau Tinjel adalah sebuah pulau kecil yang berpenghuni. Sempat terlintas dalam hati untuk menyebrang menuju kesana, namun ternyata biaya sewa kapal menuju kesana cukup besar. Jadilah saya hanya beristirahat sambil menikmati panorama pantai yang sangat eksotis.
Setelah cukup lama saya beristirahat di pantai Karang Malang, tepatnya Jam 13:00 saya melanjutkan perjalanan kembali ke arah timur menuju ke Pantai Taroje dan Pulau Manuk yang terletak di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Jalanan yang mulus dan lengang tanpa sadar membuat saya memacu brievo hingga kecepatan 100 Km/jam. Sampai di daerah Cihara, tiba-tiba turun hujan, saya pun kembali mengenakan jas hujan, kebetulan sepatu boot terus saya pakai semenjak di Balaraja tadi pagi. Perjalanan terasa nikmat dengan suguhan pemandangan yang teramat indah separti ini.
Di perjalanan, saya menyempatkan diri berhenti sejenak untuk melaksanakan sholat dzuhur. Setelah menempuh perjalanan sekitar 60 Km, saya pun sampai di pantai Pulau manuk. Sungguh luar biasa pesona alam yang ada di pesisir pantai selatan Kabupaten Lebak ini. Di sini saya kembali beristirahat sambil makan siang.
Sekitar jam 15:00WIB saya melanjutkan perjalanan kea rah timur. Setelah memasuki hutan dan melewati turunan yang sangat curam, sampailah saya di desa Sawarna. Ya, sebuah desa yang tidak asing bagi para traveler. Berhubung hari mulai sore, maka saya hanya sempat mencicipi jembatan desa Sawarna dan terpaksa harus menunda hasrat untuk bercengkrama dengan pesona Pantai tanjung Layar, Goa langir dan goa lalay. Semoga dapat terwujud di lain kesempatan.
Kira-kira jam 17:00 WIB saya bergegas melanjutkan perjalanan pulang, kali ini saya berencana pulang melalui Pelabuhan Ratu. Jalanan berliku dan menanjak tajam membuat saya ekstra hati-hati dalam mengendalikan Brievo. Di tengah perjalanan, saya sempat mengabadikan indahnya pantai Cisolok dari kejauhan.
Menjelang petang, saya sampai di pantai Karang Hawu. Saya pun berhenti untuk beristirahat dan tentunya menikmati suasana sore hari di tepi pantai nan indah. Sangat disayangkan, di lokasi ini saya tidah dapat melihat sun set karena terhalang oleh bukit di sebelah barat. Namun semuanya tergantikan dengan indahnya warna langit sore di Karang Hawu. Benar-benar menakjubkan.
Setelah puas menyaksikan langit sore di Karang Hawu, saya pun melanjutkan perjalanan pulang melalui Cikidang.
Saya pun akhirnya sampai ke rumah dengan selamat pada jam 23:15 WIB setelah sempat beristirahat dua kali di Cikidang dan di Bogor. Demikian coretan perjalanan ini saya torehkan, semoga bermanfaat bagi pembaca. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas komentar, kritik dan saran dari para pembaca sekalian.
Salam persaudaraan dan tetaplah menjaga keselamatan saat berkendara.
Total jarak tempuh : 501 Km
Total Biaya : Rp. 156.000,-
Total Waktu : 20 jam