Bro n Sist…
Ini adalah kali ke 3 saya mereview motor milik pabrikan. Setelah 5 tahun ngebolog, baru 3 kali dipinjami motor pabrikan? wajar aja, karena blog saya memang blog luntang-lantung dan kebanyakan berisikan sharing ketimbang berita (News).
Hari sabtu lalu, saya mengikuti sesi “City Ride” di acara Regional Launching Honda New CBR 150 R yang diadakan oleh ASTRA Motor di kota Purwokerto. Mengenai acaranya, sangat meriah dan dikemas sangat menarik. Tapi saya gak akan bahas acaranya (sudah ada beberapa media dan teman-teman blogger yang memberitakan), melainkan saya akan sharing pengalaman keliling kota Purwokerto menggunakan motor sport Honda 150 cc terbaru ini.
Namanya blog, tentunya ulasannya suka-suka, dan sangat subjektif dari penulisnya. Berhubung blog ini punya saya, tentunya ulasan nya, subjektif berdasarkan yang saya rasakan. Bahasa kasarnya, suka-suka saya. Jangan protes ya..
Sebagai pecinta motor touring, dengan usia yang udah gak muda lagi, saya sangat kesulitan untuk menangkap sisi positif dari motor sport, gak hanya New CBR, R15, Ninja FI, bahkan R25 sekali pun bagi saya gak menarik. Maklum, masanya udah lewat. Hehehe… 😀 . Namun, pada review kali ini, saya mencoba mendalami sudut pandang sebagai anak muda usia 20an tahun yang memang jadi target market motor sport 150 cc. Mudah-mudahan bisa mewakili.
Impresi Fisik
Motor ini ramping dan futuristik. Desainnya cenderung agresif, sehingga bagi saya “kayak bukan Honda”. Finishing cukup OK, spidometer nya yang full digital dan desain bodi belakang lebih tajam dibanding pendahulunya membuat motor ini terlihat dinamis. Kalau buat anak muda, tampilan motor ini bisa dibilang “Keren banget”. Satu hal yang terlihat sedikit janggal bagi saya adalah visor / windshield yang terlalu pendek.
Riding Position
OK, tiba saatnya saya menunggangi motor harga 33 jutaan ini. Dengan postur saya 175 cm 70 kg, motor ini terasa kekecilan, sama seperti motor sport 150 cc lainnya. Artinya motor ini cocok untuk postur 160 cm – 170 cm. Ketinggian jok tergolong rendah, kedua kaki saya menapak dan sedikit menekuk.
Layaknya motor sport, ketinggian stang cukup rendah. Namun dengan jarak yang dekat, kedua tangan saya dapat menjangkaunya tanpa harus terlalu menunduk. Posisi foot step sedikit ke belakang menjadikan riding position menjadi lebih sporty. Bagi saya, riding position semacam ini, membuat saya lebih sigap, dan lebih mudah untuk mengontrol motor saat cornering. Di sisi lain, kurang cocok untuk perjalanan jauh, apalagi berboncengan.
Handling
Kami mulai melakukan City Ride menyusuri kota Purwokerto yang cukup padat. Sesekali sengaja saya melambat untuk membuat ruang di depan sehingga bisa leluasa mengeksplorasi motor ini melibas tikungan. Dan hasilnya, bagi saya cukup memuaskan. Motor ini tergolong lincah, sangat mudah dikendalikan. Istilahnya “nurut” diajak rebah, dan presisi. Sayangnya, dengan track yang cukup padat, saya tidak berhasil mengeksplorasi stabilitas motor ini di kecepatan tinggi. Top speed yang saya raih hanya sekitar 85 km/jam di gigi 3, motor masih cukup anteng dan under control. Entah kalau sudah diatas 100 km/jam.
Suspensi
Suspensi motor ini mengingatkan saya pada Ninja 250 FI dan Z250. Suspensi depan cenderung sedikit keras, tapi masih nyaman. Suspensi belakang sedikit lembut. Saya suka saya suka. Tapi lebih suka suspensi Bajaj Pulsar 220. Hehehe..
Traksi dan Pengereman
Lagi-lagi, kesempatan test ride sangat terbatas. Saya tidak bisa mengeksplorasi traksi ban di kondisi jalanan padat seperti ini. Jadi, tidak bisa berkomentar banyak. Saya hanya sempat beberapa kali mencoba hard braking di kecepatan 60 km/jam kondisi aspal kering dan tidak ada gejala slip.
Untuk pengereman, saya memberi catatan untuk rem belakang motor ini, khususnya unit motor yang saya tunggangi, entah untuk unit yang lain. Kurang pakem! Salah satu rem belakang cakram yang kurang pakem adalah rem Pulsar 220, dan ini sedikit lebih nyelonong lagi. Untuk rem depan bagi saya cukup OK, dan pas untuk motor 150 cc. Buat Bro n Sist yang mempunyai riding style agresif, sepertinya bisa mempertimbangkan untuk mengupgrade rem belakang motor ini. Atau semoga petinggi AHM membaca tulisan ini dan mempertimbangkan untuk improvement.
Performa
Lagi-lagi keterbatasan area menjadi kendala saya dalam mengeksplorasi performa motor ini. Biarpun begitu, dengan merasakan tarikannya dari gigi 1 sampai gigi 3, saya sudah dapat menyimpulkan, bahwa performa motor ini cukup “galak”, karakternya khas mesin near square over strok. Motor langsung melonjak begitu throttle gas dibuka, memasuki 6.000 rpm akselerasi makin galak, tapi gak sampai wheely, masih under control. Cukup asyik buat di perkotaan. Sekali saya sempat membuka penuh throttle gas di gigi 2, dan diatas 9.000 rpm torsi terasa mulai menurun. Performa mesin New CBR 150 R ini kalau menurut saya, oke, asyik, mengagumkan, tapi buat speed freaks, rasanya tidak terlalu istimewa.
Getaran dan temperatur mesin
Mesin New CBR 150 R yang saya tunggangi cukup halus, dan temperatur mesin adem khas Honda. Sehingga tidak ada gejala over heat seperti “false neutral”, kopling slip dll.
Kesimpulan
Honda New CBR 150 R sepertinya benar-benar dirancang untuk anak muda 17 – 30 tahun. Kesan gagah dan elegan pada CBR generasi sebelumnya digantikan dengan kesan dinamis, agresif dan futuristik. Dengan harga yang tidak jauh dari R15, bisa jadi pilihan menarik untuk Bro n Sist yang ingin tampil dinamis, tapi ala Honda. Secara keseluruhan, motor ini hampir sesuai dengan tag line nya yaitu “Total Control” kecuali rem belakang yang bagi saya masih kurang pakem.
Last, motor ini cocok buat Bro n Sist yang berjiwa muda, agresif dan dinamis, yang menginginkan motor dengan nuansa sporty dengan kenyamanan dan kemudahan perawatan khas Honda.
Bro n Sist, silahkan dikomentari…
sensasi teriakan mesinnya dibanding cs1 enak mana mas?
oya ada gejala susah netralin nggak? soalnya di sonic dulu yang mesinnya sama rada susah netral..
ah aku kapan test ride cbr.. yang k45 aja dulu cuma di parkiran.. 🙄
http://dolanotomotif.com/2016/04/04/berkenalan-dengan-suzuki-satria-fu-injeksi/
Lha.. Itu udah ditulis.. “Gak ada gejala false neutral”
oiyo luput.. pantesan kayaknya baca pas dicari lagi nggak ketemu.. jebul kurang teliti.. ngapunten mas.. 😆
Wkwkwk… ??
apakah kekurang pakeman rem belakang karena masih proses bedding mas, soalnya kalo habis ganti kampas rem cakram biasanya memang ga begitu pakem tapi setelah sering dipakai nanti bentuknya menyesuaikan dan lebih pakem?
oh iya om kalo dibandingkan dgn r15 performa bagusan mana?
Belum pernah coba R15. Kalo dibandingin vixion lama, karakternya mirip.