[Test Ride] Kawasaki ER6N, Lebih dari Cukup!!

Kawasaki ER6N 01

Bro n Sist,

Jajaran Kawasaki ER memang sangat menarik hati para penunggang 250cc untuk naik kelas. Saya pribadi cukup penasaran dengan Moge yang satu ini. Biar lebih enak, tulisan kali ini saya buat naratif saja. Ok?

Hari minggu kemarin sepulang dari menghadiri acara anniversary P2C di Wanayasa, saya berduet dengan om Dono Andomo yang menggunakan Kawasaki ER6N warna hitam. Selepas makan siang di “Sate Maranggi Cibungur”, om Dono menawarkan untuk bertukar motor, jadilah saya menjajal motor ini untuk kedua kalinya, kali pertama adalah saat foto session beberapa motor (termasuk Pulsar 220 saya) untuk iklan Club Mild, sayangnya sebatas satu kali putaran di Senayan.

Kawasaki ER6N 04

Di kesempatan kali ini saya mencoba lebih menggali karakter si ER6N ini. Oh iya, sebagai catatan, ER6N om Dono ini sudah mengalami beberapa modifikasi yang meningkatkan performa yaitu Caliper rem depan dengan Brembo Monoblock M4, Master rem depan dengan Brembo RCS9, serta penggantian knalpot dengan SC Project Full system.

Kawasaki ER6N 03

Langsung aja, Riding Possition ER6N ini sangat pas untuk saya yang berpostur 174cm/68Kg. Jok sedikit lebih rendah, dan jangkauan stang lebih dekat jika dibanding Hyosung Comet sehingga sedikit lebih tegak. Overall, Riding position sangat nyaman.
Kunci kontak ON, tekan tombol starter, dentuman suara SC Project langsung menggelegar membuat seisi rumah makan sate maranggi menoleh ke arah saya. Kopling ditekan, biarpun masih pake kopling mekanis, kopling berasa enteng. Masuk gigi satu, lepas kopling tanpa memutar throttle gas, motor sudah mulai beranjak maju. Melewati jalur mulus antara Sate Maranggi sampai gerbang masuk kawasan “Bukit Indah”, saya hanya bermain di 2000 – 4000 rpm dan itu pun sudah cukup bertenaga.

Kawasaki ER6N 06

Setelah memasuki kawasan, saya disuguhi jalan bergelombang, kesempatan buat test suspensi, redaman suspensi ER6N ini cukup keras namun masih terasa nyaman.

Di dalam kawasan kami berbelok ke kiri kemudian keluar menuju desa di belakang kawasan dengan kondisi jalan yang agak berkelok. Handling ER6N ini perlu diacungi jempol. Motor seberat 204Kg ditambah side box ini sangat mudah diajak bermanuver. Titik berat motor yang rendah serta radius belok yang kecil membuat motor mudah dikendalikan.

Kawasaki ER6N 02

Menjelang sore, kami beralih ke jalanan kosong di dalam kawasan yang belum dibuka untuk umum. Disini saya memberanikan diri untuk menjajal akselerasi sang street fighter 650cc ini. “Shock” mungkin itu ungkapan yang pas. Saya benar-benar kaget saat mulai membuka throttle gas secara maksimal di Gigi 1. Badan seperti terdorong ke belakang dengan tangan yang bergelantung tertarik kedepan oleh dahsyatnya akselerasi ER6N. Tidak puas sampai disitu, kopling saya tekan dan masuk gigi 2, kembali throttle gas saya buka, masuk gigi 3 dan wow track sepanjang 400 meter itu pun hampir habis seketika saya melirik ke spidometer menunjukkan angka 127 Km/jam. Saya pun langsung menekan tuas rem depan dan Brembo memang tiada duanya. Nabung…nabung… :mrgreen:

Saya pun langsung putar balik dan memacu ER6 perlahan dengan kecepatan kurang dari 30 Km/jam masih dengan gigi 3. Benar-benar ajiib.

Kesimpulan

Motor ini sepertinya didesign untuk menjawab semua kebutuhan. Performa yang agressive dipadu dengan riding position yang nyaman serta handling yang mudah adalah kombinasi yang tepat untuk menggoda para biker yang mengedepankan feel.

Last, untuk keperluan SunMoRi, nongkrong di cafe atau touring, motor ini sudah lebih dari cukup. Pertanyaanya, kenapa banyak yang dijual? :mrgreen:

Bro n Sist, tentunya test ride ini bersifat sangat subjective dan personal, jangan mudah percaya! :mrgreen:

Silahkan dikomentari…

8 thoughts on “[Test Ride] Kawasaki ER6N, Lebih dari Cukup!!

  1. بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
    DAHSYATNYA SIKSA BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN SHOLAT
    Ibnu Abbas, berkata, Maksud Hadist: “Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Awalnya orang yang meninggalkan solat itu, bukanlah dia termasuk golongan Islam. Allah tidak terima tauhid dan imannya dan tidak ada faedah shodakah, puasa dan syahadatnya”. Alhadist. Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, bukan saja diperlihatkan tentang balasan orang yang beramal baik, tetapi juga diperlihatkan balasan orang yang berbuat mungkar, diantaranya siksaan bagi yang meninggalkan Sholat fardhu.
    Mengenai balasan orang yang meninggalkan Sholat Fardu: “Rasulullah SAW, diperlihatkan pada suatu kaum yang membenturkan kepala mereka pada batu, Setiap kali benturan itu menyebabkan kepala pecah, kemudian ia kembali kepada keadaan semula dan mereka tidak terus berhenti melakukannya. Lalu Rasulullah bertanya: “Siapakah ini wahai Jibril”? Jibril menjawab: “Mereka ini orang yang berat kepalanya untuk menunaikan Sholat fardhu”. (Riwayat Tabrani). Orang yang meninggalkan Sholat akan dimasukkan ke dalam Neraka Saqor. Maksud Firman Allah Ta’ala: “..Setelah melihat orang-orang yang bersalah itu, mereka berkata: “Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam Neraka Saqor ?”. Orang-orang yang bersalah itu menjawab: “kami termasuk dalam kumpulan orang-orang yang tidak mengerjakan Sholat”.
    Saad bin Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang yang melalaikan Sholat, maka jawab Baginda SAW, “yaitu mengakhirkan waktu Sholat dari waktu asalnya hingga sampai waktu Sholat lain. Mereka telah menyia-nyiakan dan melewatkan waktu Sholat, maka mereka diancam dengan Neraka Wail”. Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut menafsirkan hadist di atas “yaitu orang yang melengah-lengahkan Sholat mereka sehingga sampai kepada waktu Sholat lain, maka bagi pelakunya jika mereka tidak bertaubat Allah menjanjikan mereka Neraka Jahannam tempat kembalinya”. Maksud Hadist: “Siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka sesungguhnya dia telah kafir dengan nyata”. Berdasarkan hadist ini, Sebagaian besar ulama (termasuk Imam Syafi’i) berfatwa: Tidak wajib memandikan, mengkafankan dan mensholatkan jenazah seseorang yang meninggal dunia dan mengaku Islam, tetapi tidak pernah mengerjakan sholat. Bahkan, ada yang mengatakan haram mensholatkanya.
    Siksa Neraka Sangat Mengerikan, Mereka yang meninggalkan sholat akan menerima siksa di dunia dan di alam kubur yang terdiri dari tiga siksaan.
    TIGA JENIS SIKSA DI DALAM KUBUR YAITU:
    1. Kuburnya akan berhimpit-himpit serapat mungkin sehingga meremukkan tulang-tulang dada.
    2. Dinyalakan api di dalam kuburnya dan api itu akan membelit dan membakar tubuhnya siang dan malam tiada henti-henti.
    3. Akan muncul seekor ular yang bernama “Sujaul Aqra” Ia akan berkata, kepada si mati dengan suaranya bagai halilintar: “Aku disuruh oleh Allah memukulmu sebab meninggalkan sholat dari Subuh hingga Dhuhur, kemudian dari Dhuhur ke Asar, dari Asar ke Maghrib dan dari Maghrib ke Isya’ hingga Subuh”. Ia dipukul dari waktu Subuh hingga naik matahari, kemudian dipukul dan dibenturkan hingga terjungkal ke perut bumi karena meninggalkan Sholat Dhuhur. Kemudian dipukul lagi karena meninggalkan Sholat Asar, begitulah seterusnya dari Asar ke Maghrib, dari Maghrib ke waktu Isya’ hingga ke waktu Subuh lagi. Demikianlah seterusnya siksaan oleh “Sajaul Aqra” hingga hari Qiamat.
    Didalam Neraka Jahanam terdapat wadi (lembah) yang didalamnya terdapat ular-ular berukuran sebesar tengkuk unta dan panjangnya sebulan perjalanan. Kerjanya tiada lain kecuali menggigit orang-orang yang tidak mengerjakan Sholat semasa hidup mereka. Bisa ular itu juga menggelegak di di badan mereka selama 70 tahun sehingga hancur seluruh daging badan mereka. Kemudian tubuh kembali pulih, lalu digigit lagi dan begitulah seterusnya. Maksud Hadist: “orang yang meninggalkan sholat, akan Allah hantarkan kepadanya seekor ular besar bernama “Suja’ul Akra”, yang matanya memancarkan api, mempunyai tangan dan berkuku besi, dengan membawa alat pemukul dari besi berat”.
    SIAPAKAH ORANG YANG SOMBONG? Orang yang sombong adalah orang yang diberi penghidupan tapi tidak mau sujud pada yang menjadikan kehidupan itu yaitu, Allah Rabbul Alaamin, Tuhan sekalian alam. Maka bertasbihlah segala apa yang ada di bumi dan di langit pada TuhanNya kecuali Iblis dan manusia yang sombong diri. Siapakah orang yang telah mati hatinya? Orang yang telah mati hatinya adalah orang yang diberi petunjuk melalui ayat-ayat Qur’an, Hadits dan cerita-cerita kebaikan namun merasa tidak ada kesan apa-apa di dalam jiwa untuk bertaubat.
    SIAPAKAH ORANG DUNGU KEPALA OTAKNYA? Orang yang dungu kepala otaknya adalah orang yang tidak mau melakukan ibadah tapi menyangka bahwa Allah tidak akan menyiksanya dengan kelalaiannya itu dan sering merasa tenang dengan kemaksiatannya. Siapakah orang yang bodoh? Orang yang bodoh adalah orang yang bersungguh-sungguh berusaha sekuat tenaga untuk dunianya sedangkan akhiratnya diabaikan.
    Bahaya Meninggalkan Sholat Barang siapa yang (sengaja) meninggalkan solat fardhu lima waktu:
    1. SUBUH – Allah Ta’ala akan menenggelamkannya kedalam neraka Jahannam selama 60 tahun hitungan akhirat. (1 tahun diakhirat=1000 tahun didunia=60,000 tahun).
    2. DHUHUR – Dosa sama seperti membunuh 1000 orang muslim.
    3. ASAR – Dosa seperti menghacurkan Ka’bah.
    4. MAGHRIB – Dosa seperti berzina dengan ibu-bapak sendiri.
    5. ISYA’ – Allah Ta’ala akan berseru kepada mereka: “Hai orang yang meninggalkan sholat Isya’, bahwa Aku tidak lagi ridha’ engkau tinggal dibumiKu dan menggunakan nikmat-nikmatKu, segala yang digunakan dan dikerjakan adalah berdosa kepada Allah Ta’ala”. Maksud Firman Allah Ta’ala: “Mereka yang menyia-nyiakan solat dan mengikuti hawa nafsu kepada kejahatan, maka tetaplah mereka jatuh ke dalam satu telaga api neraka.” (Maryam : 59). Kehinaan bagi yang meninggalkan sholat, DI DUNIA :
    1. Allah Ta’ala menghilangkan berkat dari usaha dan rezekinya.
    2. Allah Ta’ala mencabut nur orang-orang mukmin (sholeh) dari pada (wajah) nya.
    3. Ia akan dibenci oleh orang-orang yang beriman.
    KETIKA SAKARATUL MAUT :
    1. Ruh dicabut ketika ia berada didalam keadaan yang sangat haus.
    2. Dia akan merasa amat azab/pedih ketika ruh dicabut keluar.
    3. Dia akan Mati Buruk (su’ul khatimah).
    4. Ia akan dirisaukan dan akan hilang imannya.
    KETIKA DI ALAM BARZAKH :
    1. Ia akan merasa susah (untuk menjawab) terhadap pertanyaan (serta menerima hukuman) dari Malaikat Mungkar dan Nakir yang sangat menakutkan.
    2. Kuburnya akan menjadi sangat gelap.
    3. Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang-tulang rusuknya berkumpul (seperti jari bertemu jari).
    4. Siksaan oleh binatang-binatang berbisa seperti ular, kala jengking dan lipan.
    Malaikat Jibril as, telah menemui Nabi Muhammad SAW, dan berkata: “Ya Muhammad.. Tidaklah diterima bagi orang yang meninggalkan sholat yaitu: Puasanya, Shodaqahnya, Zakatnya, Hajinya dan Amal baiknya”. Orang yang meninggalkan Sholat akan diturunkan kepadanya tiap-tiap hari dan malam seribu laknat dan seribu murka. Begitu juga Para Malaikat di langit ke-7 akan melaknatnya.
    Ya Muhammad..! Orang yang meninggalkan Sholat tidak akan mendapat syafa’atmu dan ia tidak tergolong dari umatmu.. Tidak boleh diziarahi ketika ia sakit, tidak boleh mengiringi jenazahnya, tidak boleh beri salam pada nya, tidak boleh makan minum dengan nya, tidak boleh bersahabat dengannya, tidak boleh duduk besertanya, tidak ada Agama baginya, tidak ada kepercayaan bagi nya, tidak ada baginya Rahmat Allah dan ia dikumpulkan bersama dengan orang Munafiqiin pada lapisan Neraka yang paling bawah (diazab dengan amat dahsyat..). Sabda Nabi Muhammad SAW, Maksud Hadist: “Perjanjian (perbedaan) diantara kita (orang islam) dengan mereka (orang kafir) ialah Sholat, dan barangsiapa meninggalkan Sholat sesungguhnya ia telah menjadi seorang kafir”. (Tirmizi).
    Wahai Saudaraku Ummat Islam, mari kita merenung sejenak tentang ancaman azab bagi yang meninggalkan sholat Fardhu. Apa guna kita hidup di dunia sekalipun berlimpah harta jika kita termasuk golongan orang-orang yang (kafir) meninggalkan sholat..?, barang siapa meninggalkan Sholat, maka ia telah menjadi kafir dengan nyata…! Orang yang meninggalkan sholat, ia wajib menerima azab Allah Ta’ala..! Orang yang meninggalkan sholat, tidak akan mendapat Syafa’at Nabi Muhammad SAW, karena mereka telah menjadi kafir dan orang kafir tidak berhak mendapat Syafa’at Nabi Muhammad SAW. Ancaman Allah Ta’ala terhadap orang-orang yang meninggalkan sholat bukan sekedar gertakan belaka. Sungguh ancaman Allah Ta’ala akan terbukti kelak di akhirat. “…sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janji”.
    LIMPAHAN PAHALA SHALAT LIMA WAKTU

    Tidak diragukan lagi bahwa pahala yang akan didapatkan oleh orang yang
    melaksanakan shalat lima waktu amatlah besar. Bahkan, tidak hanya pahala shalat yang
    akan ia dapat, akan tetapi juga pahala wudhu yang menjadi salah satu syarat sahnya shalat
    dan pahala langkah kakinya menuju masjid. Kedua hal tersebut menjadi rutinitas yang ia
    kerjakan sebelum melaksanakan shalat di masjid.
    Hal ini sepantasnya diketahui agar jiwa kita termotivasi untuk mendapatkan
    ganjaran yang demikian besarnya. Demikian pula agar hilang rasa malas yang dapat
    menghalangi seseorang dari mendapatkan ganjaran dari Allah yang luar biasa. Karena, setan
    dengan berbagai cara selalu berusaha membuat manusia malas dari mengerjakan shalat
    lima waktu atau menyempurnakannya.

    BEBERAPA KEUTAMAAN WUDHU DAN BERJALAN KE MASJID
    Di antara keutamaan wudhu adalah dihapuskannya dosa-dosa yang dilakukan oleh
    anggota badan kita. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh
    Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
    bersabda: “Barangsiapa berwudhu, kemudian dia menyempurnakan wudhunya, niscaya
    keluarlah kesalahan-kesalahannya (dosa-dosanya) dari jasadnya, hingga keluar dari bawah
    kuku-kukunya.” (HR. Muslim no. 254, Bahjatun Nadhirin Syarh Riyadhish Shalihin 2/224)
    Wudhu yang dapat menghapuskan dosa tidaklah sembarang wudhu, akan tetapi
    wudhu yang dilakukan dengan tata cara yang sesuai dengan tata cara yang diajarkan Nabi
    Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat beliau. Hal ini diterangkan
    dalam sebuah hadits dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu, beliau berkata, “Aku pernah
    melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu seperti wudhuku ini, lalu (ketika
    itu) Nabi bersabda, “Barangsiapa yang berwudhu (dengan tata cara) seperti ini, niscaya
    diampuni dosanya yang telah lalu. Dan shalat, serta langkahnya menuju masjid menjadi
    tambahan (pahala).” (HR. Muslim no. 229, Bahjatun Nadhirin 2/225)
    Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
    “…..berwudhu (dengan tata cara) seperti ini..…” menunjukkan, bahwa wudhu yang dapat menghapuskan dosa adalah yang sesuai dengan cara wudhu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, ulama menjelaskan bahwa “Wudhu tidaklah menghapuskan dosa, kecuali jika sesuai dengan tata
    cara wudhunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

    Kemudian, langkah kaki seorang muslim yang telah berwudhu dari rumahnya, lalu
    menuju masjid dalam rangka melaksanakan shalat lima waktu juga mengandung pahala dan
    kebaikan yang sangat besar. Yaitu, salah satu langkah kakinya mengangkat derajat dan
    langkah yang satunya menghilangkan dosa. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
    sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang telah bersuci
    di rumahnya, kemudian dia menuju ke salah satu rumah di antara rumah-rumah Allah
    (masjid-masjid) yang ada untuk melaksanakan satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban
    yang ada, maka langkah-langkah kakinya, salah satu (langkah)nya menghapus dosa dan
    yang lainnya mengangkat derajat.” (HR. Muslim no. 666, Bahjatun Nadhirin 2/237)
    Dari sini kita pahami, bahwa semakin jauh jarak yang ia tempuh, semakin besar pula
    pahalanya. Sebagaimana dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
    bersabda, “Sesungguhnya manusia yang paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang
    paling jauh langkahnya menuju shalat, kemudian yang paling jauh lagi, dan yang menunggu
    shalat sampai dia melaksanakan shalat bersama dengan imam lebih besar pahalanya dari
    pada yang shalat, kemudian tidur.” (HR. Bukhari 2/137 dalam Fathul Baari, Muslim no. 662,
    Bahjatun Nadhirin (2/239)

    BEBERAPA KEUTAMAAN SHALAT LIMA WAKTU
    [1]. Dapat mencegah dari perbuatan dosa dan maksiat.
    Maksudnya adalah shalat lima waktu yang ditegakkan dengan memenuhi rukun-
    rukunnya, syarat-syaratnya, serta khusyu’ dalam pelaksanannya. Allah ta’ala berfirman:

    “Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.”
    (QS. al-‘Ankabut: 45)
    Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Keberadaan shalat
    mencegah dari perbuatan keji dan mungkar adalah sebagai berikut, bahwa seorang hamba
    yang menegakkan shalat, menyempurnakan rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, serta
    khusyu’, maka bersinarlah hatinya, bersihlah sanubarinya, bertambahlah imannya, semakin
    kuat kecintaannya kepada kebaikan, serta berkurang, atau bahkan hilang keinginannya
    kepada keburukan. Maka sudah barang tentu, konsisten dirinya dalam menegakkan dan
    menjaga shalat dengan bentuk yang seperti tersebut di atas mampu mencegah dari
    perbuatan keji dan mungkar. Inilah di antara tujuan terbesar shalat dan buahnya.” (Taisirul
    Karimir Rahman fi Tafsiril Kalamil Mannan, hal. 885)
    Demikianlah shalat yang mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Sehingga,
    manakala kita dapati seorang muslim yang secara lahiriah telah melaksanakan shalat,
    namun masih saja dia melakukan perbuatan keji maupun mungkar, maka bukan ayatnya
    yang salah, akan tetapi dialah yang patut mengoreksi diri. Sudahkah kita penuhi rukun-
    rukun shalat, sudahkah kita penuhi syarat-syaratnya dan sudahkah kita khusyu’?!
    Seandainya kita mampu khusyu’, maka seberapa lamakah ke-khusyu’-an itu bertahan?!

    [2]. Sebagai penghapus dosa.
    Hal ini berlaku, jika seorang hamba menyempurnakan wudhu sebelum
    melaksanakan shalat, kemudian dia ikhlas dalam melaksanakannya, serta khusyu’ ketika
    shalat, ditambah dia tinggalkan dosa-dosa besar, seperti berzina, minum khamr (arak),
    mencuri, dan lain-lain.
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang
    datang kepadanya shalat wajib, lalu dia sempurnakan wudhunya, serta khusyu’nya, kecuali
    shalat tersebut menjadi penebus bagi apa yang telah berlalu dari dosa-dosa, selama tidak
    dilanggar dosa-dosa besar dan yang demikian itu satu masa seluruhnya.” (HR. Muslim no.
    228, Bahjatun Nadhirin 2/233)

    [3]. Nabi mengumpamakan shalat lima waktu dengan sebuah sungai yang airnya jernih
    yang mampu membersihkan noda dan kotoran.
    Sehingga orang yang shalat lima waktu seolah-olah dia mandi di sungai tersebut
    sehari lima kali. Tentu saja kotoran ditubuhnya hilang tak berbekas. Sebagaimana hadits
    dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah
    shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagaimana pendapat kalian dengan sebuah sungai
    yang ada di depan pintu (rumah) seorang dari kalian, yang dia mandi di situ setiap hari
    sebanyak lima kali, apakah masih tersisa sedikit dari kotorannya?” Para shahabat
    menjawab, “Tidak tersisa sedikitpun dari kotorannya.” Nabi bersabda, “Demikian inilah
    permisalan shalat yang lima (waktu), Allah menghapus kesalahan-kesalahan dengan shalat
    lima waktu tersebut.” (HR. Bukhari 2/11 dalam Fathul Baari, Muslim no. 667, Bahjatun
    Nadhirin, 2/232)
    Oleh karena itu, ketika ada seseorang yang mencium wanita yang haram baginya,
    laki-laki tersebut menyesal dan merasa bersalah. Kemudian ia menghadap Nabi shallallahu
    ‘alaihi wa sallam dan menceritakan masalahnya itu, maka Allah ta’ala menurunkan ayat,
    “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan sore). Dan pada bahagian
    permulaan dari pada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus
    (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud: 114) Kemudian, orang itu bertanya lagi
    kepada Nabi , “Apakah ayat ini hanya untukku saja?” Nabi menjawab, “Untuk umatku
    seluruhnya.” (HR. Bukhari 2/8 dalam Fathul Baari, Muslim (2763), Bahjatun Nazhirin 2/233)

    [4]. Akan menjadi cahaya, penolong dan bukti di akhirat kelak bagi yang benar-benar
    menjaganya.
    Pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan tentang shalat lalu
    beliau bersabda, “Barangsiapa yang menjaga shalat (lima waktu), maka shalat itu menjadi
    cahaya baginya, bukti keterangan dan penyelamat pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang
    tidak memelihara shalat (lima waktu), maka shalat itu baginya tidak akan menjadi cahaya,
    bukti keterangan dan penyelamat. Dan pada hari kiamat nanti ia akan (dikumpulkan)
    bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, Thabrani dan
    Ibnu Hibban dengan sanad yang baik, al-Masaa-il, Jilid 2 hal. 278, Abdul Hakim Abdat)

    Hadits tersebut, selain menerangkan tentang keutamaan yang besar bagi siapa saja
    yang menjaga shalat lima waktu, juga mengabarkan tentang ancaman dan kerugian yang
    menimpa orang yang tidak menjaga shalat lima waktu. Kerugian tersebut adalah: Shalat
    yang tidak dia kerjakan dengan baik dan benar itu, di hari kiamat kelak tidak akan menjadi
    cahaya, bukti dan penyelamat, pada hari kiamat mereka akan dikumpulkan bersama orang-
    orang yang terlaknat, seperti Qarun, Fir’aun, Haman (Perdana Menteri Fir’aun) dan Ubay bin
    Khalaf. Perinciannya:
    • Orang yang meninggalkan shalat, karena disibukkan dan dibimbangkan dengan harta,
    maka dia akan dikumpulkan di Neraka bersama dengan Qarun,
    • Orang yang meninggalkan shalat, karena memegang pemerintahan dan kekuasaan,
    maka dia akan dikumpulkan di Neraka bersama dengan Fir’aun,
    • Orang yang meninggalkan shalat, karena mempunyai kedudukan di dalam
    pemerintahan, maka dia akan dikumpulkan di Neraka bersama dengan Haman,
    • Sedang orang yang meninggalkan shalat, karena urusan perniagaan atau perdagangan,
    maka dia akan dikumpulkan di Neraka bersama dengan Ubay bin Khalaf.
    Demikianlah keterangan Syaikhul Islam kedua Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
    rahimahullah. (Lihat, al-Masaa-il Jilid 2 hal. 278-279, karya Ustadz Abdul Hakim bin Amir
    Abdat hafizhahullah)
    Orang yang meninggalkan shalat lima waktu dan dia mengingkari wajibnya shalat,
    maka para ulama sepakat tentang kafirnya orang ini. Sedangkan, orang yang meninggalkan
    shalat lima waktu, akan tetapi dia masih mengakui kewajiban shalat lima waktu, maka inilah
    yang diperselisihkan para ulama tentang kekafirannya.
    Yang jelas, orang yang meninggalkan shalat lima waktu adalah orang yang sangat
    merugi, karena amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Jika
    shalatnya baik, maka beruntunglah dia dan jika shalatnya buruk, maka dia merugi dan
    sengsara.
    Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
    “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali
    dihisab dari amal ibadah seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya
    itu baik, maka dia sukses dan beruntung, dan jika rusak shalatnya, maka dia merugi dan
    sengsara …” (HR. Abu Dawud no. 864, at-Tirmidzi 413, dan dishahihkan oleh penulis kitab
    Bahjatun Nadhirin, 2/255)

    MATEMATIKA PAHALA SHALAT WAJIB DAN DOSA DIANTARA WAKTU SHALAT
    Sebagaimana tadi telah kita bahas dan hitung, berdasarkan data-data di atas dapat kita simpulkan dalam sehari semalam (24 Jam) point yang dapat kita coba hitung adalah sebagai berikut :
    • Point Dosa Antara Waktu Shalat dan Istirahat/Tidur (15 Jam), dengan menganggap kita memiliki waktu potensial berbuat dosa dalam rentang waktu 15 jam, dimana anggaplah setiap detiknya ada saja satu dosa kecil yang kita perbuat (bukan termasuk dosa besar). Maka Pointnya adalah sebanyak 54.000 detik (Point).
    • Point Shalat Kriteria 1 : Shalat Wajib Berjama’ah di Masjid dan di Awal Waktu (Utama), sebanyak 1.701.060 Point.
    • Point Shalat Kriteria 2 : Shalat Wajib di Awal Waktu dan Dikerjakan Sendiri (Alasan Udzur/Berhalangan karena Sakit, sehingga tidak mampu pergi ke Masjid), sebanyak 50.080 Point.
    • Point Shalat Kriteria 3 : Mengulur-ulur Pelaksanaan Shalat Wajib baik Berjama’ah/Sendiri (Melalaikan Shalat), sebanyak 32.080 Point.
    • Point Shalat Kriteria 4 : Tidak Shalat, minimal sebanyak 528.768.000 detik atau point dosa setiap hari.
    Dari catatan hasil perhitungan di atas, dapat kita buat perbandingan antara mendirikan Shalat wajib yang lima waktu tersebut, kriteria manakah yang benar-benar menjadi penebus dosa sebagaimana sabda Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
    A. Kriteria 1
    • Point Pahala Shalat Kriteria 1 : 1.701.060 Point.
    • Point Dosa Harian (Standar) : 54.000 Point.
    • Sisa Pahala : (1.701.060 Point) – (54.000 Point)
    = 1.647.060 Point Pahala. (POSITIF)
    B. Kriteria 2
    • Point Pahala Shalat Kriteria 2 : 50.080 Point.
    • Point Dosa Harian (Standar) : 54.000 Point.
    • Sisa Pahala : (50.080 Point) – (54.000 Point)
    = – 3.920 Point Dosa. (MINUS)
    C. Kriteria 3
    • Point Pahala Shalat Kriteria 3 : 32.080 Point.
    • Point Dosa Harian (Standar) : 54.000 Point.
    • Sisa Pahala : (32.080 Point) – (54.000 Point)
    = – 21.920 Point Dosa. (MINUS)
    D. Kriteria 4
    • Point Pahala Shalat Kriteria 4 : NOL Point.
    • Point Dosa Harian (Standar) : 54.000 Point.
    • Point Dosa Tidak Shalat : 528.768.000 detik atau point dosa setiap hari.
    • Sisa Pahala : (0) – (54.000 Point + 528.768.000)
    = – 528.822.000 Point Dosa. (MINUS)
    Berdasarkan data-data di atas jelaslah bahwa yang dikatakan Shalat sebagai penebus dosa yang paling sempurna adalah Shalat berdasarkan kriteria 1, yakni Shalat Berjama’ah yang dikerjakan di Masjid dan di Awal Waktu. Karena, yang memberikan hasil positif hanyalah Shalat kriteria 1, sedangkan kriteria lainnya negatif atau minus. Perhitungan di atas setiadaknya dapat menjawab beberapa pendapat ulama yang menganggap Shalat berjama’ah di Masjid ‘hanya’ lebih utama saja, atau dengan kata lain bukanlah suatu kewajiban bagi tiap-tiap individu. Ada yang berpendapat fardhu kifayah, dan sunnah muakad. Ternyata, berdasarkan hitung-hitungan sederhana di atas, perbedaannya sungguh sangat jauh sekali. Sungguh merugi orang yang tidak mengerjakan Shalat sesuai kriteria 1, karena Shalat wajib memang merupakan kewajiban untuk dikerjakan secara berjama’ah di Masjid dan di awal waktu yang telah ditentukan. Bahkan jika dikerjakan secara tepat waktu namun hanya dikerjakan sendirian saja, tetap tidak sebanding dengan Shalat Berjama’ah yang dikerjakan di Masjid di awal waktu.
    Memang, angka-angka tersebut bukanlah mutlak, namun semua kriteria Shalat tersebut menggunakan variabel yang sama sebagai faktor penghitung dan pengurang. Anda bisa saja merubah beberapa variabel yang dirasa kurang sesuai, misalnya point-point pelaksanaan Shalat anda lebih sempurna dan dosa-dosa kecil yang dikerjakan baik sengaja ataupun tidak disengaja tidak sebesar itu. Silahkan saja, asalkan variabel yang digunakan harus sama. Atau sebaliknya, jika anda merasa dosa harian anda kemungkinan jauh lebih besar dibandingkan data-data di atas, bisa anda tambahkan, misalnya saja kemungkinan tiap detik berbuat 10 dosa sekaligus. Bisa saja, misalnya seseorang yang merokok di angkot, dan angkot tersebut penuh sementara anda enak-enakan merokok dan mencemari seisi angkot yang berisi 12 orang misalnya. Dosa anda pun akan tercatat minimal 12 point setiap saat-nya, karena kita tidak tahu asap rokok yang kita hembuskan ke luar mencemari siapa saja dan selama berapa lama. Itu baru contoh merokok, misalnya anda seorang wanita dan tidak berjilbab, karena rambut adalah aurat yang harus ditutupi, maka setiap pasang mata yang melihat anda merupakan point-point dosa yang terus menerus mengisi tabungan dosa anda.
    Bayangkan, anda misalnya cantik dan menawan sehingga di mata lawan jenis anda merupakan sosok yang menarik perhatian dan sangat menggoda pandangan. Berpakaian serba terbuka dan mencolok. Kemudian anda jalan-jalan ke mal, dan tentu saja banyak yang akan memandang anda. Entah berapa point dosa setiap detiknya masuk ke rekening dosa anda, melalui orang-orang yang memandang dan ‘mengagumi’ anda. Atau sebaliknya seorang pria yang ke mal mengantar istri pergi belanja, dan mata-nya ikut-ikutan ‘belanja’ melihat yang cantik-cantik dan menarik. Bisa-bisa, pulang dari mal panen dosa. Banyak contoh-contoh lainnya. Silahkan coba analisa dan hitung sendiri, yang jelas angka-angka di atas bukanlah baku, karena masing-masing individu pasti berbeda situasi dan kondisinya. Sekali lagi, hitung-hitungan di atas hanyalah standar atau contoh saja guna membuktikan bahwa Shalat Berjama’ah di Masjid dan di awal waktu memiliki manfaat yang sangat dahsyat sebagai penggempur dosa-dosa kita. Sungguh benar-benar sangat merugi orang-orang yang menganggap remeh terhadap Shalat Berjama’ah di Masjid. Wallahu’alam.
    BANGUN KESIANGAN, SHOLAT SUBUH TETAP WAJIB
    Shalat Subuh Wajib Walaupun Kesiangan
    Assalamu’alaikum wr.wb.,
    Ada yang bertanya kalau boleh mengerjakan shalat subuh kalau kesiangan, dan matahari sudah naik. Ini jawabannya.
    Shalat subuh adalah salah satu shalat yang wajib dikerjakan pada waktunya oleh semua orang Muslim, kecuali ada halangan yang sah seperti wanita yang haid, dan sebagainya. Kalau kesiangan dan bangun telat, ada orang yang menjadi bingung apakah masih boleh shalat atau tidak. Mereka menjadi bingung karena mereka bertanya kepada teman dan teman itu menjawab “Haram shalat setelah matahari naik!” Oleh karena itu, orang tersebut mengabaikan shalat subuh dan tidak shalat sama sekali karena menganggap hal itu haram.

    Itu suatu persepsi yang sangat keliru. Shalat subuh wajib dikerjakan, jam berapa saja kita bangun (dan begitu juga untuk semua shalat wajib yang lain). Kalau umpamanya kita capek, bangun pada waktu subuh dalam kondisi setengah sadar, matikan jam alarm, tidur lagi, dan bangun pada jam 8 pagi, maka pada saat bangun itu masih wajib mengerjakan subuh. Walaupun matahari sudah naik. Kenyataan bahwa matahari sudah naik tidak menghilangkan kewajiban untuk shalat. (Dan kalau ketiduran lewat waktu maghrib sehingga masuk Isya, maka shalat maghrib tetap wajib dikerjakan, walaupun di luar waktunya.)

    Waktu yang secara umum dilarang untuk shalat adalah mengerjakan shalat pada saat matahari sedang muncul (bukan cahayanya, tetapi bentuk fisik matahari sendiri). Hal itu diharamkan untuk hilangkan persepsi (pada zaman dulu) bahwa orang Muslim adalah penyembah matahari. Zaman dulu, memang ada kaum yang menyembah matahari, dan mereka beribadah pada saat matahari mulai kelihatan bentuk fisiknya, jadi ibadah pada saat itu diharamkan bagi ummat Islam. TETAPI ulama telah sepakat bahwa kalau ada shalat wajib yang belum dikerjakan, maka harus langsung dikerjakan (diganti, atau diqadha’) pada waktu itu juga tanpa harus menunggu, walaupun dilarang secara umum untuk shalat pada waktu tersebut.

    Yang haram dan sangat buruk adalah kalau seseorang sudah bangun pada waktu subuh, tetapi barangkali dia sedang asyik nonton siaran langsung sepak bola di tivi, atau asyik ngobrol sama temannya, dan oleh karena itu dia malas melakukan subuh. Pada saat dia sudah selesai nonton bola, dan sudah “bersedia” melakukan shalat, maka dia masih wajib melakukannya. Kewajiban shalat itu tidak menjadi hilang. Tetapi tentu saja dia akan kena dosa besar karena sengaja menunda sebuah shalat wajib, sehingga sudah keluar dari waktunya, tanpa ada alasan yang benar. Jadi sudah bisa diperkirakan bahwa dia tidak akan dapat pahala sama sekali, dan juga ada kemungkinan Allah akan menolak shalat itu (tidak akan diterima di sisi Allah, seolah-olah tidak shalat). Walaupun begitu, sebagai seorang Muslim dia masih memiliki kewajiban untuk melakukan shalat subuh tersebut. Meninggalkannya dengan alasan kesiangan, ataupun di luar waktu karena nonton bola tadi adalah alasan yang tidak benar. Tetap wajib dikerjakan.

    Dan perlu dipahami bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri juga pernah kesiangan untuk shalat subuh, jadi hal itu menjadi petunjuk bagi kita bahwa kalau kita kesiangan sewaktu-waktu maka itu adalah hal yang biasa (bukan suatu dosa besar, karena memang tidak sengaja), dan Nabipun juga mengalaminya. Yang penting adalah kita langsung mengerjakan shalat setelah kita bangun, dan jangan sampai shalat subuh yang kesiangan itu menjadi suatu kebiasaan bagi kita.

    Rasulullah SAW Pernah Kesiangan Untuk Shalat Subuh
    Diriwayatkan dari Abu Qatadah r.a, yang berkata: Pada suatu malam kami menempuh perjalanan bersama Nabi s.a.w, sebagian orang mengatakan: “Ya Rasulullah! Sebaiknya kita beristirahat menjelang pagi ini.” Rasulullah s.a.w bersabda: “Aku khawatir kalian tidur nyenyak sehingga melewatkan shalat subuh.” Kata Bilal : “Saya akan membangunkan kalian.” Mereka semua akhirnya tidur, sementara Bilal menyandarkan punggungnya pada hewan tunggangannya, namun Bilal akhirnya tertidur juga. Nabi s.a.w bangun ketika busur tepian matahari sudah muncul. Kata Nabi s.a.w: “Hai Bilal! Mana bukti ucapanmu?!” Bilal menjawab: “Saya tidak pernah tidur sepulas malam ini”. Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya Allah mengambil nyawamu kapanpun Dia mau dan mengembalikannya kapanpun Dia mau. Hai Bilal! bangunlah dan suarakan azan.” Rasulullah s.a.w berwudhu, setelah matahari agak meninggi sedikit dan bersinar putih, Rasulullah s.a.w berdiri untuk melaksanakan shalat.
    (Hadits Shahih Imam Bukhari, nomor 595)

    Siapa Yang Lupa Tidak Shalat, Segera Laksanakan Ketika Ingat
    Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, bahwa Nabi s.a.w pernah bersabda: “Siapa yang lupa untuk melaksanakan shalat, maka laksanakanlah ketika ingat, tanpa kaffarah [denda] atas lupanya itu kecuali dengan mengerjakan shalat tersebut.” Kemudian Rasulullah s.a.w membaca ayat (yang artinya): “… dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Al-Qur’an surat Thaahaa, ayat 14).
    (Hadits Shahih Bukhari, nomor 597)

    Rasulullah SAW Pernah Shalat Ashar Pada Waktu Maghrib
    Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a, bahwa pada saat perang Khandaq, Umar bin Khattab datang setelah matahari terbenam. Umar mencaci-maki orang-orang kafir Quraisy. Kata Umar: “Ya Rasulullah! Saya hampir saja tidak melaksanakan shalat Asar sampai matahari hampir terbenam”. Nabi s.a.w bersabda: “Demi Allah! Aku belum melaksanakan shalat Asar.” Kata Jabir: Kami pergi ke Buthhan, kemudian Nabi s.a.w berwudhu untuk shalat dan kami pun berwudhu, lalu Nabi s.a.w melaksanakan shalat Asar setelah matahari terbenam, setelah itu beliau melaksanakan shalat Maghrib.
    (Hadits Shahih Bukhari, nomor 596)

    DAHSYATNYA PAHALA MEMBERI MAKAN BERBUKA PUASA

    Inilah janji pahala yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan,
    “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” HR. Tirmidzi no. 807

    Di antara keutamaan bagi orang yang memberi makan berbuka adalah keutamaan yang diraih dari do’a orang yang menyantap makanan berbuka. Jika orang yang menyantap makanan mendoakan si pemberi makanan, maka sungguh itu adalah do’a yang terkabulkan. Karena memang do’a orang yang berbuka puasa adalah do’a yang mustajab. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

    “Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.” HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396.

    Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri. Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7/194

    Tak lupa pula, ketika kita memberi makan berbuka, hendaklah memilih orang yang terbaik atau orang yang sholih. Carilah orang-orang yang sholih yang bisa mendo’akan kita ketika mereka berbuka. Karena ingatlah harta terbaik adalah di sisi orang yang sholih. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada ‘Amru bin Al ‘Ash,
    “Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta di tangan hamba yang Shalih.”. HR. Ahmad 4/197.

    Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dibarengi dengan berpuasa itulah jalan menuju surga. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, 298)

    Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
    “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.” (HR. Tirmidzi no. 1984)

    Seorang yang semangat dalam kebaikan pun berujar, “Seandainya saya memiliki kelebihan rizki, di samping puasa, saya pun akan memberi makan berbuka. Saya tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Sungguh pahala melimpah seperti ini tidak akan saya sia-siakan. Mudah-mudahan Allah pun memudahkan hal ini.”

    “ALLAH SWT BERI APA YG KITA BUTUHKAN, BUKAN YG KITA INGINKAN”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *