Lupakan Pulsar…!!!

image

Bro n Sist,

Ditengah ramainya rumor tentang kepergian Bajaj dari Indonesia, secara logis seruan untuk “melupakan pulsar” semakin membahana. Bagaimana tidak, ATPM yang telah menjual puluhan ribu unit motor di Indonesia bakalan pergi begitu saja tanpa memikirkan bagaimana nasib para konsumennya.
Namun bagi saya, menggemari sebuah motor adalah bukan “perkara logis“. Bayangkan saja, apakah logis membelah kemacetan jakarta menggunakan motor batangan ditambah box yang total beratnya diatas 150kg? Apakah logis menghabiskan uang hingga jutaan bahkan belasan juta rupiah hanya untuk memodifikasi motor?

Bagi saya, perkara menggemari adalah “perkara hati” & “perkara emosional” yang tidak bisa dicerna secara logika. Sehingga semua keputusan yang diambil terhadap motor kegemaran selalu didasarkan pada keinginan hati dan emosional. Termasuk keputusan saya mengganti pulsar dengan Hyosung Comet yang notabene lebih susah sparepart, tidak ada jarang sekali service centre, dan lain sebagainya.

Maka jika dikatakan kepada saya untuk melupakan pulsar, sampai saat ini rasanya kok gak bisa. Karena diatas pulsar “I feel good”.

Kalau disuruh melupakan Hyosung Comet? Yaa lebih gak bisa lagi, terutama setelah merasakan sensasi 4th gear nya yang bener-bener maknyuuusss…

Kalo dibilang gak logis, yaa memang kenyataannya begitu. Sama halnya juga Bro n Sist yang menggemari motor tertentu.

Silahkan dikomentari…

20 thoughts on “Lupakan Pulsar…!!!

  1. Reason to buy a brand/product itu memang selalu berkaitan ke emosional kok. As customer’s emotional bonding lebih kuat daripada value and price. Gw milih pulsar dulu karena memang bukan orang yang berpikiran mainstream, dan setelah meminang pulsar, baru deh tau apa itu yang namanya value for money.. dan akhirnya emotional bondingnya lebih kuat lagi.
    Setelah itu akhirnya terjadilah marketing mouth to mouth,,, *halah bahasanya marketing sekali

    • Sayangnya BAI marketingnya kurang bagus *IMHO, sampe-sampe pricing strategy nya yang semula bertujuan “make attention” sehingga terkesan “WOW” pada akhirnya malah jadi bumerang. Karena sempitnya margin bisa mengorbankan segala hal termasuk customer service.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *