[Riding Report] Touring 5 Provinsi Vario 125, Part 1 (Air Terjun Sri Gethuk, Gunung Kidul)

IMG_7801

Bro n Sist,

Pagi tadi saya udah nulis tentang review Vario 125 untuk touring jarak jauh di liburan kemerdekaan kemarin. Kali ini saya buatin Riding repot alias cerita perjalanannya. Biar gak terlalu panjang, tulisan saya bagi jadi dua. Silahkan disimak…

Hari itu, pagi-pagi sekali tepatnya jam 4 saya sekeluarga sudah meninggalkan rumah dengan menggunakan Vario 125 merah. Kami bertemu dengan om Andi yang menggunakan Apache RTR di sebuah minimart 24 jam di komplek kami. Berhubung side box om Andi masih kosong, kamera & tripod kami titipkan ke beliau. Selesai berkemas dan berdoa, tanpa basa-basi kami pun memulai perjalanan kami menuju Yogyakarta, kota yang ramah dengan sejuta tujuan wisata. Jika para biker seluruh Indonesia berbondong-bondong ke Yogya untuk menghandiri acara YBR, lain halnya dengan kami, kami hanya ingin menikmati suasana Yogya, menuju tempat-tempat yang belum pernah kami singgahi sebelumnya.

Sekitar jam 4:10, kami mulai berangkat. Vario 125 saya pacu dengan kecepatan sedang, berkisar 70-90 Km/jam. Jalanan Tangerang – Jakarta pagi itu masih sangat lengang, saat yang tepat membelah Jakarta. Seperti biasa, saya melintasi jalur Roxi – Tanah Abang – Kampung Melayu – Klender – Kranji yang memang menjadi rute favorit saya untuk menuju Bekasi menggunakan motor. Seperti biasa juga, kami singgah di Masjid di pinggir BKT tepat sebelum fly over untuk menunaikan sholat shubuh.

Selesai sholat shubuh, perjalanan kami lanjutkan ke arah timur melalui Kranji – Terminal Bekasi – Tambun – Cikarang – Karawang. Sungguh diluar dugaan, sepagi itu kami sudah terjebak macet yang cukup parah di daerah Tambun akibat adanya perbaikan jembatan. Selepas Tambun, lagi-lagi kami harus menghadapi macet parah di daerah Cibitung, kali ini akibat pengecoran jalan. Selepas Cikarang, perjalanan mulai lancar. Sampai di kota Karawang, kami menyempatkan untuk sarapan pagi Nasi Kuning & Kupat Tahu Bandung. Nyam..nyam…

Singkat cerita, perjalanan di jalur Pantura dari Karawang sampai Cirebon kami lewati dengan senang hati, riang gembira dan penuh suka cita, hehehe. Kondisi jalanan yang lebar, mulus dan lengang, membuat kami berani memacu motor kami dengan kecepatan tinggi. Vario 125 yang kami tunggangi bertiga mencapai puncaknya di kecepatan 100 Km/jam dan tidak sanggup melampaui angka itu. Sesampainya di Cirebon, kami beristirahat cukup lama di Masjid di daerah Mundu Cirebon setelah sebelumnya sempat mengisi BBM di daerah Patrol Indramayu dan bertemu rombongan RRRI yang juga sedang menuju Yogyakarta untuk menghadiri acara YBR.

Kami sengaja memilih untuk melewati Tegal, karena dua minggu yang lalu, kami baru saja terkena macet akibat pengecoran jalan saat melewati Ketanggungan. Ternyata pilihan kami keliru, karena di Kota Brebes pun sedang dilakukan pengecoran jalan. Jadilah kami terjebak di kemacetan parah. Panas, capek, lelah dan haus membuat kami sedikit emosi. Emosi kami makin memuncak saat cukup lama terjebak di kemacetan, tiba-tiba segerombolan Moge melenggang sambil berisik meminggirkan kendaraan lain melawan arus di kanan jalan. Hadeeewwhh…

Sesampainya di Tegal, kami pun beristirahat untuk makan siang. Perjalanan berikutnya kami berbelok ke selatan menuju Wangon Via Slawi – Balapulang – Prupuk – Bumiayu. Di daerah Balapulang, kami kembali berjumpa dengan rombongan Moge berisi 4 motor. Dari cara ridingnya, rombongan yang ini cukup sopan. Menyalip kendaraan pun antri satu persatu. Bahkan kami sempat diijinkan masuk barisan oleh sang Sweeper sampai kira-kira 10 Km.

Sempat berpose di hutan Jati di daerah Balapulang - Tegal

Sempat berpose di hutan Jati di daerah Balapulang – Tegal

Di daerah Tonjong, kami kembali beristirahat untuk menunaikan sholat Ashar. Di daerah Jatilawang, kami kembali beristirahat untuk menunaikan sholat Maghrib. Sekitar pukul 9 malam kami memasuki kota Kebumen. Dengan kondisi yang sudah kelelahan, saya memutuskan untuk bermalam di salah satu penginapan (lupa namanya) di Kebumen.

Keesokan harinya, sekitar jam 9 pagi kami berangkat menuju Yogyakarta mengunjungi pak Ketua KOBOYS yaitu pak Hadiyanta. Menjelang dzuhur kami tiba di rumah beliau. Setelah ngobrol melepas kangen, sholat dzuhur dan numpang makan siang juga hehehe, kami pun pamit dari rumah beliau dan melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Sri Gethuk di daerah Bleberan, Playen – Gunung Kidul via Srandakan – Imogiri – Dlingo.

 

Bersama ketua KOBOYS

Bersama ketua KOBOYS

Ketangguhan performa Vario 125 mulai diuji di jalur Imogiri – Dlingo – Bleberan. Matic 125 cc ini dipaksa melintasi tanjakan curam dengan membawa 3 penumpang dan boks yang terisi penuh. Syukurlah beberapa tanjakan curam dan tikungan tajam berhasil dilewati tanpa kendala, hingga akhirnya sampailah kami di lokasi Air Terjun Sri Gethuk.

Air Terjun Sri Gethuk berasal dari kata Kethuk yang artinya ketukan. Konon, dahulu kala, di tempat ini sering dilakukan ritual menabuh gamelan dengan cara memukul / mengetuk-ngetuk.

Air Terjun Sri Gethuk terletak di desa Bleberan, kecamatan Playen kabupaten Gunung Kidul. Kira-kira 17 Km dari Dlingo – bantul, atau kira-kira 8 Km arah ke Playen dari Jalur Yogya – Wonosari.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini rute yang kami tempuh dari Tangerang menuju Air Terjun Sri Gethuk :

Rute Menuju Air Terjun Sri Gethuk

 

Untuk melihat via Google Map, silahkan klik disini…

Lokasi wisata Air Terjun Sri Gethuk ini termasuk mudah dijangkau. Tidak seperti lokasi air terjun di daerah Banten atau Jawa Barat yang biasanya sulit dijangkau, akses menuju Sri Gethuk berupa jalanan aspal mulus yang bisa dilewati kendaraan roda empat, bahkan sedan.

Memasuki Gerbang Wisata Sri gethuk, kami dikenai biaya retribusi Rp. 15.000,- per motor, sudah termasuk biaya parkir. Lokasi wisata Sri Gethuk ini memiliki area parkir yang cukup luas dengan akses pintu masuk dipisah dengan pintu keluar. Jadi, cukup aman dan lancar.

Di perjalanan menuju Air Terjun, berjajar rapih warung-warung penjaja makanan dan minuman. Tidak usah khawatir kehausan ataupun kelaparan disini. Selain warung-warung, disini juga tersedia fasilitas MCK dan sarana Ibadah. Untuk menuju Air terjun, pengunjung bebas memilih antara berjalan kaki / tracking atau menggunakan perahu motor. Kami memilih menggunakan perahu motor menyusuri sungai yang jernih dan cukup tenang dengan membayar Rp. 10.000,- per orang PP.

Perahu motor ini mengantarkan kami menyusuri sungai menuju lokasi Air Terjun Sri Gethuk

Perahu motor ini mengantarkan kami menyusuri sungai menuju lokasi Air Terjun Sri Gethuk

Sesampainya di lokasi Air terjun, kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa. Air yang jernih tercurah dari balik bebatuan yang tinggi yang seolah tidak ada habisnya. Bahkan di musim kemarau seperti sekarang ini, Air terjun Sri gethuk terus mengalir membasahi bebatuan menuju sungai.

Sri gethuk 23 IMG_7801

Dibawah aliran air terjun, nampak beberapa pengunjung asyik bermain air, bahkan ada yang berenang. Ya, memang tak lengkap jika mengunjungi lokasi ini tanpa mencoba berenang di sungai yang jernih dan alami. Pengelola wisata pun sudah menyediakan rompi pelampung untuk para pengunjung yang ingin berenang di Sungai. Ah.. lain waktu kami pasti akan mencoba berenang di sungai ini.

IMG_7848

Cukup lama kami bermain air serta berfoto di lokasi ini. Hingga matahari mulai condong ke Barat, saatnya kami untuk meninggalkan lokasi ini dan kembali menuju Yogyakarta. Dua jam bercumbu dengan suasana alam serta butiran air terjun Sri Gethuk melahirkan sebuah kenangan yang begitu membekas di hati kami. Kami pasti kembali.

IMG_7857

Bersambung…

 

4 thoughts on “[Riding Report] Touring 5 Provinsi Vario 125, Part 1 (Air Terjun Sri Gethuk, Gunung Kidul)

  1. Pingback: [Riding Report] Touring 5 Provinsi Vario 125, Part 2 (Pantai Menganti – Kebumen) | proleevo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *