[Riding Report] Semilir Angin Pantai Bodur Tanjung Lesung – Banten Menyisakan Tragedi

???????????????????????????????

Liburan panjang sebentar lagi terlewati. Raga ini pun masih terasa lelah setelah perjalanan panjang dari kampung halaman yang dilanjutkan dengan dua hari mencumbu keindahan alam dataran tinggi Dieng serta menyusuri jalur Wonosobo, Banjar Negara, Purbalingga, Tegal dan berakhir di Tangerang hari Jumat jam 4 dini hari.

 

Seperti ada yang kurang, perjalanan ke Dieng kali ini terasa biasa saja. Ah.. mungkin karena perjalanan kai ini bukan yang pertama. Tetapi bagi kami, sejauh apa pun perjalanan, dan seindah apapun alam yang kami temui, terasa kurang lengkap jika tidak delakukan dengan mengendarai sepeda motor. Jadilah kami dilanda kegalauan yang menjadi-jadi akibat libur panjang yang terasa antiklimaks.

 

Di tengah kegalauan, terbesit ide untuk mengunjungi kawasan Tanjung Lesung dengan menggunakan Regal Raptor Daytona demi menuntaskan hasrat riding yang kian memuncak.

Saya coba menghubungi om Gusti untuk mengajak duet riding menuju Tanjung Lesung. Gayung bersambut, bukan cuma om Gusti, tiga orang priders dari Bintaro pun berminat untuk turut serta yaitu Praba Seno, Davido & Dagon. Jadilah kami sepakat untuk berangkat ke Tanjung Lesung dengan peserta 4 motor pulsar ditambah saya beserta keluarga menggunakan Regal Raptor Daytona.

 

Hari masih gelap saat HP berbunyi, ada pesan Whats app dari Praba Seno, bahwa rombongan dari Bintaro sudah menunggu di depan gerbang Talaga Bestari. Kami sekeluarga yang memang sudah siap, bergegas menuju garasi Β dimana Regal Raptor Daytona terparkir manis siap mengantarkan tuannya kemana saja.

Setelah kami (saya, istri dan Key) duduk pada posisi yang tepat, saya mulai menekan tombol starter, sontank terdengar raungan khas Mesin dua silinder Big Bang yang menggelegar. Di pagi itu tak ada satu pun tetangga yang kami temui, hanya senyuman ramah petugas keamanan komplek yang mengiringi kepergian kami.

Sesampainya di Gerbang Talaga Bestari, kami disambut oleh Praba, Davido dan Dagon. Sambil menunggu om Gusti, Praba dan Dagon melakukan test ride satu putaran menggunakan Regal Raptor Daytona. Tak ada kata yang terucap dari mereka setelah menjajal RR daytona, hanya senyum merekah yang entah berarti apa.

???????????????????????????????

klik untuk memperbesar foto

 

Singkat cerita, om GusKin Gusti pun tiba. Setelah berfoto dan berdoa, kami pun memulai perjalanan menuju Tanjung Lesung dengan melewati Rute : Balaraja – Serang – Pandeglang – Labuan – Tanjung Lesung PP.

Rute Balaraja - Tanjung Lesung

Perjalanan dari Balaraja sampai Serang terasa begitu menyenangkan. Hembusan angin pagi yang segar mengiringi keriangan hati kami saat melaju santai diatas Regal Raptor Daytona, sedangkan keempat Pulsar mengikuti kami di belakang. Baru satu jam perjalanan, perut ini terasa mulai keroncongan. Jadilah kami bertujuh mampir di kota Serang untuk sarapan Bubur Ayam yang pagi itu terasa sangat nikmat.

klik untuk memperbesar foto

klik untuk memperbesar foto

Dari Serang kota, kami bertolak menuju Pandeglang melewati Jalanan lurus yang lebar dan lengang memancing para penunggang pulsar untuk berakselarasi. Sampai di Perempatan Palima, saya memutuskan untuk belok kiri sekedar untuk merekam jejak berfoto ria di depan pusat pemerintahan provinsi Banten yang tengah ditinggal oleh sang Gubernur.

klik untuk memperbesar foto

klik untuk memperbesar foto

Sesi Foto berlangsung singkat, perjalanan segera kami lanjutkan menuju Pandeglang – Labuan – Tanjung Lesung. Selepas Pandeglang, kami mulai dihadapkan dengan jalanan yang berliku dengan sesekali melewati aspal yang terkelupas. RR Daytona yang lebar dan ceper dengan tiga penumpang mulai kewalahan mengimbangi pulsar yang dengan nyamannya melibas jalanan rusak. Kami bertiga yang mulai tertinggal tetap melaju santai dan tenang sambil menikmati suasana pagi yang cerah.

???????????????????????????????

Kilik untuk memperbesar foto

Selepas Labuan, kami disuguhi jalanan lurus yang panjang dengan kondisi cukup baik. Di kiri kanan jalan terhampar ribuan pohon kelapa yang berdiri menjulang. Hembusan angin pantai mulai terasa dari sisi kanan. Saya memacu RR Daytona dengan kecepatan 70 Km/jam sehingga mendapatkan kenikmatan berkendara yang maksimal diatas sebuah motor cruiser. Sementara 3 ekor pulsar melesat jauh kedepan, Dagon dengan setia menemani kami di belakang. Entah karena motornya yang terlalu ceper, atau kerena ingin beraksi di depan kamera istri saya yang tak henti-hentinya jeprat-jepret selama perjalanan.

Kilik untuk memperbesar foto

Kilik untuk memperbesar foto

Setelah melewati pertigaan Panimbang yang cukup ramai, kami mulai memasuki jalan desa menuju Tanjung Lesung dengan kondisi yang jauh lebih baik dibanding 3 tahun lalu saat pertama kali kami kesini. Sebagian besar jalan sudah dicor. Seperti sebelumnya, kami ditemani Dagon melintasi jalur Panimbang – Tanjung Lesung dengan santai sambil menikmati pemandangan hijau pekarangan di kiri jalan, serta hamparan laut biru di kanan jalan diiringi dentuman suara knalpot RR Daytona bersahutan dengan suara knalpot underbelly yang terpasang di Pulsar 220 milik dagon. Perjalan kali ini terasa benar-benar nikmat dan tak kan terlupakan.

Kilik untuk memperbesar foto

Kilik untuk memperbesar foto

Sesampainya di gerbang Kawasan wisata Tanjung Lesung, kami beristirahat sejenak melepas lelah. Beberapa diantara kami sibuk merusak paru-paru masing-masing, sedangkan Key, yang selama perjalanan tertidur, terlihat asyik bermain rumput sambil sesekali menggoda om-om dengan genit. Sementara itu, om Gusti terlihat sibuk melakukan selfie di pojokan. πŸ˜€

???????????????????????????????

Kilik untuk memperbesar foto

Di Gerbang utama Tanjung Lesung yang dijaga beberapa petugas keamanan ini, motor dilarang memasuki gerbang, sebaliknya diarahkan melewati jalanan samping dengan kondisi jalan yang rusak. Sadar dengan ceper nya RR daytona beserta 3 penumpang diatasnya, saya pun memberanikan diri bernegosiasi dengan pimpinan petugas keamanan, akhirnya kami diperbolehkan memasuki gerbang utama Tanjung Lesung menuju pantai Bodur.

???????????????????????????????

Kilik untuk memperbesar foto

 

Singkat cerita, kami bertujuh memasuki pantai Bodur dengan membayar tiket Rp. 10.000,- per motor dan masing-masing mendapat sebuah kupon untuk ditukar dengan teh botol.

Suasana Pantai Bodur saat itu begitu ramai. Kondisi yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan tiga tahun lalu kami mengunjungi pantai ini. Jika dulu hanya ada satu warung penjaja makanan instan, sekarang sudah berdiri puluhan warung penjaja makanan serta penjual souvenir dan mainan anak. Suasana pantai Bodur tak ubahnya seperti pantai-pantai di kawasan Anyer – Carita. Parkir kendaraan baik roda dua maupun roda empat tidak diatur dengan tertib, berserakan begitu saja, sangat jauh jika dibandingkan dengan kawasan pantai Gunung Kidul Jogja.

Setelah memarkir kendaraan, kami pun disambut oleh anak-anak yang mengerumuni kami menawarkan jasa sewa tikar. Dua lembar tikar kami gelar dibawah pohon waru yang memang banyak tumbuh di kawasan ini. Beberapa diantara kami mulai berbaring dan terlelap dibuai hembuasan angin pantai. Sementara itu, Praba Seno terlihat asyik dengan mainan barunya yaitu kamera Samsung yang dilengkapi display selfie diletakkan diatas Tongsis yang juga baru dibeli via Online. πŸ˜€

Seperti melihat benda asing, saya yang memang kurang update pun penasaran dengan tongsis yang dibawa Praba. Ooo ternyata Tongsis punya dudukan untuk kamera pocket. Cihuyy…!! Seperti termakan omongan sendiri, akhirnya saya justru keasyikan jeprat-jepret menggunakan Tongsis.

???????????????????????????????

Kilik untuk memperbesar foto

Tak cukup dengan berpose di hamparan tikar, jeprat-jepret pun kami lanjutkan di bibir pantai serta diatas tumpukan batu karang hingga kulit terasa mulai terbakar oleh teriknya matahari yang mulai naik.

Kilik untuk memperbesar foto

Kilik untuk memperbesar foto

Kilik untuk memperbesar foto

Kilik untuk memperbesar foto

Narsis 3

Kilik untuk memperbesar foto

Narsis 4

Kilik untuk memperbesar foto

Sebelum kembali ke peristirahatan, saya minta Praba untuk memotret kami bertiga dalam bingkai foto keluarga di pinggir pantai. Dengan sedikit arahan, jadilah foto keluarga buah karya Praba Seno dengan komposisi yang tepat seperti ini…

Narsis 7

Kilik untuk memperbesar foto

Menjelang siang, setelah puas bercengkrama dengan suasana pantai, dilengkapi dengan segarnya es kelapa muda, kami pun mulai meninggalkan pantai Bodur dengan penuh kepuasan namun dengan perut yang kembali keroncongan. Setelah keluar dari kawasan Tanjung Lesung, kami pun memutuskan untuk singgah di warung makan pinggir pantai sepanjang jalur Tanjung Lesung – Panimbang untuk istirahat makan siang.

Sampailah kami di sebuah warung yang menyediakan menu ikan bakar. Sambil menunggu pesanan tiba, kami bertujuh beristirahat di saung di pinggir pantai. Hembusan angin pantai membuat saya mulai mengantuk.

Tiba-tiba saya terbangun oleh aroma harum ikan bakar yang telah dihidangkan di hadapan kami. Dua ekor ikan Jurong (sejenis kakap) dengan ukuran jumbo, tersaji dihadapan kami siap untuk diterkam. Dalam sekejap, kami melahap sajian ikan bakar yang segar itu dengan nikmatnya. Daging ikan Jurong yang tebal ini terasa kesat dan gurih. Saya sendiri yang biasanya anti terhadap daging ikan, sangat menikmati sajian ikan bakar ini hingga hanya menyisakan tulangnya saja. πŸ˜€

???????????????????????????????

Kilik untuk memperbesar foto

Setelah selesai makan siang, kami pun melanjutkan perjalanan pulang dengan rute yang sama. Berhubung Key mulai rewel, kami bertiga memisahkan diri dari rombongan dan mempersilahkan para penunggang pulsar untuk jalan duluan. Kami bertiga melaju santai diatas RR Daytona melintasi jalanan Panimbang – Labuan – Saketi yang mulai ramai. Selepas Saketi, kami dihadapkan pada kemacetan yang sangat panjang yang diakibatkan oleh acara penggalangan dana pemuda setempat juga persimpangan desa Menes yang tidak cukup menampung ramainya arus balik.

Selepas pertigaan Menes, jalanan kembali lancar sampai melewati kota Pandeglang menjelang Baros, kami kembali terkena macet yang panjang. Untuk melepas lelah, kami beristirahat di depan Alfa Midi sekitar Baros sambil menikmati juice Strawberry. Hmmm…

Badan kembali segar, kami pun melanjutkan perjalanan membelah kemacetan menuju kota Serang. Di jalur ini kami kembali didahului oleh Praba dan kawan-kawan yang ternyata ada di belakang kami. Selepas perempatan Palima, lalulintas kembali lancar, dan rombongan Pulsar sudah tidak terlihat, jauh di depan. Sebagaimana biasanya, dari arah Palima, saya selalu belok kanan di pertigaan arah Petir / Cipocok buakn di perempatan di depannya yang lampu lalulintasnya terkenal sangat lama. Benar saja, sampai perempatan McD Serang, Praba dan kawan-kawan kembali menyusul dari belakang kami. Kami kembali berpisah di Ciruas.

Arus lalulintas dari Serang menuju Balaraja sore itu sangat ramai. Lalulintas didominasi kendaraan roda dua dari arah Merak untuk kembali ke Jakarta dan sekitarnya.

Perjalanan kami hanya menyisakan 15 Km saat tragedi terjadi. Berawal dari truk yang menyebrang dari arah berlawanan untuk memasuki sebuah pabrik, lalulintas sedikit terhambat membuat saya menggunakan lajur paling kanan di jalur arah Jakarta. Selepas hambatan truk tersebut saya mulai berakselerasi.

Di kecepatan yang sedang merangkak naik, tiba-tiba saya dikagetkan oleh pengendara motor yang menyebrang dari kiri menuju ke kanan dengan arah yang sedikit menyerong ke arah saya. Sekejap saya melakukan hard braking dengan sebisa mungkin mengendalikan motor yang terasa akan terjatuh ke kiri. Sekuat tenaga saya mengayunkan motor untuk kembali tegak. Sayangnya ban depan kehilangan traksi sehingga motor oleng dan jatuh ke kanan di kecepatan sekitar 60 km/jam. Saya terseret sekitar 20 meter diatas aspal dengan bertumpu pada pinggul. Motor terpental dan terseret jauh kedepan sampai mengeluarkan percikan api dari engine guard dan knalpot kanan yang bergesekan dengan aspal. Sedangkan istri dan anak saya tepat berada di belakang saya.

Syukur Alhamdulillah, kami tidak mengalami cidera yang serius. Hanya istri saya yang mengalami luka luar di kaki dan tangan. Motor kami pun tidak mengalami masalah yang berarti. Hanya engine guard yang bengkok, knalpot yang lecet, serta satu footstep belakang patah.

Setelah menjalani perawatan di klinik setempat, kami pun pulang ke rumah dengan di jemput om Aceng beserta keluarga. Terimakasih.

Sungguh sebuah perjalanan yang sangat berkesan dan memberikan pelajaran, bahwa tidak ada satu pun motor yang aman untuk digunakan bertiga.

 

Bro n Sist, silahkan dikomentari…

 

8 thoughts on “[Riding Report] Semilir Angin Pantai Bodur Tanjung Lesung – Banten Menyisakan Tragedi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *