[Riding Report] Liburan Seru Ke Lampung Part 1, Pantai Mutun dan Pulau Tangkil

???????????????????????????????

Bro n Sist…

Kembali lagi saya menulis edisi Luntang-lantung. Yaah, seperti biasanya, tulisan luntang-lantung sepi pembaca, tapi sebagaimana awal blog ini dibuat adalah untuk share pengalaman luntang-lantung ke berbagai destinasi wisata alam Indonesia yang tidak kalah dengan luar Negeri.

Kali ini saya berbagi cerita perjalanan kami sekeluarga ke Propinsi Lampung dan mengunjungi tiga objek wisata sekaligus. Untuk part satu ini berisikan perjalanan dari Balaraja sampai Pantai Mutun dan review wahana wisata air di Pulau Tangkil.

Waktu menunjukkan pukul 5 pagi saat kawan kami bro Fatur mengabarkan telah berangkat dari Cengkareng menuju Balaraja. Kami sekeluarga pun bergegas bersiap-siap untuk berangkat. Saya memilih TVS Apache Xventure dengan side box Givi E21 untuk kami tunggangi dalam perjalanan kali ini. Regal Raptor Daytona sengaja kami istirahatkan, mengingat dalam perjalanan nanti kami akan sedikit mengeksplorasi pantai di sekitar Bakauheni dengan kondisi jalan yang kurang baik. Sedangkan Vario 125 rasanya kurang bisa mengimbangi bro Fatur yang menggunakan Yamaha New Vixion.

Jam di spidometer Apache menunjukkan pukul 06:33 saat kami berangkat menuju gerbang Komplek dimana bro fatur telah menunggu disana. Apache Xventure kami pacu dengan santai sambil menikmati setiap hembusan udara pagi yang segarnya merasuk sampai ke otak.

Perjalanan dari Talaga Bestari sampai Merak relatif lancar, kami berlima hanya menemui kemacetan di gerbang kawasan industri Modern Cikande serta kawasan Niko Mas Ciujung. Selebihnya seperti biasa hanya antrian kecil di beberapa pasar tumpah.

Pasca kejadian kecelakaan kami di awal Agustus lalu, kini saya memacu sepeda motor dengan sangat hati-hati dan penuh waspada. Sempat berniat untuk melakukan perjalanan ini dengan menggunakan mobil. Ah… bagi kami, perjalanan dengan menggunakan mobil serasa hampa dan kurang bermakna.

Sekitar jam 8:30 kami berlima telah sampai di pelabuhan Merak. Saya sempat merasa kaget saat membayar tiket kapal yang saat ini naik menjadi Rp. 50.000,- untuk sepeda motor. Padahal 7 bulan lalu hanya Rp. 32.000,- saja.

Di penyeberangan kali ini kami kebagian kapal JATRA, sayang sekali, kedatangan kami ke pelabuhan tidak bertepatan dengan kapal Musthika Kencana yang menjadi kapal favorit kami. Di KMP Jatra ini, kami berlima menempati ruangan ber AC dengan membayar biaya tambahan Rp. 11.000,- per orang.

Sekitar jam 11:30 kami tiba di pelabuhan Bakauheni. Tanpa berlama-lama, kami pun langsung melanjutkan perjalanan menuju Bandar Lampung. Kondisi jalan menuju Bandar Lampung kali ini sudah cukup baik, beberapa titik yang dulu rusak, sebagian besar sudah dicor. Sekitar 10 Km dari Bakauheni masih ada ruas jalan yang sedang dicor sehingga menimbulkan antrian yang cukup panjang. Selepas antrian tersebut, perjalanan kembali lancar. Menjelang Dzuhur, kami singgah di Kalianda. Disini kami beristirahat cukup lama, hampir satu jam.

Singgah di Kalianda

Singgah di Kalianda

Jam di Spidometer Apache menunjukkan pukul 12:54 WIB saat kami memulai melanjutkan perjalanan dari Kalianda. Sesuai komitmen kami sewaktu di kapal, untuk perjalanan berikutnya akan diselingi istirahat setiap satu jam. Tepat pukul 13:53 saya memutuskan untuk beristirahat di salah satu mini mart di Jl. Yos Sudarso Bandar Lampung. Selagi beristirahat, mata kami tertuju pada sebuah hotel di seberang jalan, yang sepertinya cukup nyaman untuk beristirahat. Jadilah kami check in di hotel tersebut. Di hotel Pasific Jl. Yos Sudarso ini kami memesan Family Room dengan tambahan satu buah extra bed. Tarif sewa hotel ini cukup terjangkau. Untuk Family room kami membayar Rp. 290.000,- dan untuk extra bed Rp. 50.000,-. Dengan suasana yang nyaman serta pelayanan yang baik, hotel ini cukup recommended buat Bro n Sist yang ingin menginap di Bandar Lampung.

Sekitar jam 3 sore kami keluar dari hotel menuju Pantai Mutun. Pantai yang pernah saya kunjungi 7 bulan lalu ini, hanya berjarak sekitar 10 Km dari Bandar Lampung ke arah Padang Cermin. Perjalanan dari Hotel Pasific menuju pantai Mutun hanya memakan waktu sekitar 20 menit. Di pantai Mutun, kami dikenai biaya tiket masuk Rp. 10.000,- untuk sepeda motor.

???????????????????????????????

Pantai Mutun memang menyimpan kerinduan yang mendalam. Hamparan pasir putih yang landai, air laut yang jernih dan cukup tenang, membuat kami terbuai seolah tak mau beranjak. Sementara di seberang sana, nampak sebuah pulau kecil yang dinamakan Pulau Tangkil.

???????????????????????????????

Di sore itu, seperti biasanya, di sepanjang bibir pantai telah berjejer perahu motor yang berbaris dengan rapih siap untuk mengantarkan wisatawan menyeberang ke Pulau Tangkil. Beberapa pengunjung terlihat asyik berenang di pantai dengan air yang sangat jernih, ada pula yang sibuk berfoto mengabadikan keindahan alam pantai Mutun dan Pulau Tangkil.

Perahu motor siap mengantar untuk menyeberang ke pulau Tangkil

Perahu motor siap mengantar untuk menyeberang ke pulau Tangkil

Perahu motor untuk menyeberang ke pulau Tangkil

Menyeberang ke pulau Tangkil

Setelah beristirahat sejenak, kami berlima menyewa sebuah perahu motor untuk menuju ke Pulau Tangkil demi mengobati rasa penasaran kami dahulu yang tidak sempat menyeberang ke Pulau tersebut. Ya, Pulau Tangkil memang menjadi ikon wisata pantai di sekitar Bandar Lampung yang menawarkan beragam wahana Air yang sangat menarik.

Pantai di pulau Tangkil

Pantai di pulau Tangkil

Pulau Tangkil yang masih asri dan terjaga

Pulau Tangkil yang masih asri dan terjaga

Key, asyik bermain air di pulau Tangkil

Key, asyik bermain air di pulau Tangkil

Sesuai dengan kesepakatan, perahu yang kami tumpangi terlebih dahulu mengelilingi pulau Tangkil sebelum merapat ke dermaga. Sungguh panorama yang luar biasa, pulau kecil di dekat kota tersebut masih tampak asri dan alami. Pepohonan rindang dibiarkan tumbuh di sebagian besar area pulau. Sedangkan di sudut barat laut, bibir pantai dari pulau tersebut telah dikelola menjadi tempat wisata yang menyenangkan. Di area ini, kami berenang dan mencoba beberapa wahana air, mulai dari sewa perahu kano, naik donut boat dan saya sendiri mencoba wahana Para Sailing*.

Mendayung perahu kano

Mendayung perahu kano

Wahana Donut Boat

Wahana Donut Boat

Para Sailing di pulau Tangkil

Para Sailing di pulau Tangkil

Pulau Tangkil memang menyuguhkan begitu banyak keindahan dan juga sensasi. Pantai yang sangat eksotis dipadu dengan wahana air yang seru membuat kami betah disini hingga lupa waktu. Hari mulai gelap saat kami meninggalkan pulau Tangkil menuju pantai Mutun. Setelah mandi dan ganti baju, kami pun kembali menuju hotel tempat kami menginap. Di daerah Tanjung Karang, kami menyempatkan diri untuk makan malam di warung-warung tenda yang banyak berjejer menawarkan makanan dengan cita rasa yang khas dan tentunya bersahabat dengan kantong.

Kami tiba di Hotel sekitar pukul 20:30. Seolah masih terngiang suasana pulau Tangkil yang begitu berkesan, di Hotel pun kami terus membicarakan pengalaman tadi sore sambil melihat-lihat hasil jepretan kami. Tanpa sadar, kami semua terlelap hingga Subuh.

Bersambung ke Part 2

Bro n Sist, silahkan dikomentari…

 

*) mohon dikoreksi jika salah tulis

 

6 thoughts on “[Riding Report] Liburan Seru Ke Lampung Part 1, Pantai Mutun dan Pulau Tangkil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *