Suka Duka Memelihara BMW 530i E34 Individual

image

Bro n Sist…

Saya pernah menuliskan review 5.000 Km bersama BMW 530i merah ini. Review tentang mobil ini baik plus maupun minus, perawatan dan sebagainya sudah saya ulas di tulisan tersebut.

Baca:
Review 5.000 km bersama BMW 530i E34 Individual 1994

Kali ini saya ingin menulis “suka duka” dari sudut pandang pemilik BMW 530i yang sudah berusia 23 tahun ini. Jadi, bukan review ya Bro n Sist, catet. ?

Berikut ini Suka Duka memelihara BMW 530i E34 Individual tahun 1994. Mulai dari Duka nya:

Continue reading

Spesifikasi BMW 530i E34 1992 – 1996

image

Bro n Sist,

Khusus buat Bro n Sist yang penasaran dengan BMW Merah yang saya pakai sehari-hari, saya sudah pernah melakukan review di tulisan sebelumnya.
Baca: Review 5.000 Km Bersama BMW E34 530i Individual 1994

Sedangkan untuk spesifikasi lengkap dari mobil tersebut, berikut ini saya kutip dari Ultimatespecs.com

Silahkan disimak…
Continue reading

7 Alasan JANGAN Beli BMW 530i E34

bmw 530i

Bro n Sist…

Langsung saja, berikut ini 7 (tujuh) alasan kenapa Bro n Sist JANGAN beli BMW 530i E34 :

1. Model Jadul

Bro n Sist bisa lihat sendiri foto diatas, BMW 530i E34 ini modelnya jadul banget. Meskipun kalo dipandang-pandang, terlihat cool juga sih.

2. BMW 530i Boros BBM

BMW ini pake mesin 3.000cc konvigurasi V 8 silinder DOHC 32 valve. 1 liter pertamax hanya cukup untuk 5 km perjalanan dalam kota Jogja. Atau hanya cukup untuk 7.9 km perjalanan luar kota Jogja – Bekasi. Boros kan? Meskipun borosnya cuma beda sedikit bahkan sama dibanding Kijang super 1.500 cc & Innova generasi pertama yang 2.000 cc.

3. Sparepart Mahal

Sebagai gambaran, harga fuelpump baru untuk BMW 530i E34 ini sekitar 2 juta rupiah. Mahal kan Bro? Meskipun harga Fuel pump Grand Livina sekitar 3 jutaan.

4. Harga Jual Jatuh

Harga jual Mobil ini kurang dari 60 juta, kadang bisa dibawah 50 juta. Lebih murah dibanding motor 250cc keluaran terbaru. Benar-benar jatuh! Meskipun harga belinya juga sekitar itu.

5. Pajak Mahal

Pajak tahunan mobil 3.000 cc ini lumayan mahal Bro. Sekitar Rp. 1.300.000 per tahun. Mahal kan? Meskipun pajak tahunan LCGC saat ini juga mendekati 2 juta.

6. Merusak Selera Berkendara

Yang satu ini pengalaman pribadi dan hampir semua teman pemakai BMW E34, khususnya 530i. Terbiasa mengendarai BMW 530i E34 membuat selera berkendara rusak parah! Menhendarai mobil lain jadi terasa kurang nyaman. Bagaimana tidak, saat mengendarai Toyota Fortuner 2008, saya masih mengeluhkan suspensi tetlalu keras dan akselerasi kurang, padahal Fortuner sendiri jauh lebih nyaman dan lebih kencang dibanding mobil MVP 200 jutaan.

7. Budget Main Motor langsung mengecil

Yang ini mungkin terlalu personal. Jika sebelumnya budget main motor saya di angka 30 – 70 juta. Begitu kenal BMW E34, budget segitu terasa terlalu besar, karena dengan dana segitu cukup untuk membeli BMW yang nyaman dan juga Fun untuk dijadikan mainan. Otomatis budget main motor saat ini dibatasi maksimal 20 juta.

Kesimpulan

Maka dari itu Bro n Sist, JANGAN BELI BMW terutama 530i E34.
Silahkan dikomentari…

 

Baca juga artikel menarik lainnya:

Bengkel Spesialis BMW, OB Motor Jogja

Review Komplit BMW E34 530i Individual tahun 1994

Berburu BMW Tua

Menjajal BMW E34 530i Yogyakarta – Cikarang via Tol Cipali

Cita Rasa BMW di Transmisi Matic 530i E34 M60

Cita Rasa BMW di Transmisi Matic 530i E34 M60

Bro n Sist…

Foto diatas adalah interior BMW tua kami yaitu E34 M60 Individual tahun 1994. BMW E34 Individual yang dijual di Indonesia, keseluruhannya ber transmisi otomatis alias Matic. Sebagai pengendara yang “sedikit agresif”, baru kali ini saya mau dan sudi memiliki mobil matic. Tentunya setelah “dijebak” dengan test drive oleh pemilik sebelumnya. Hehehe…

Sebagaimana kita ketahui, hal yang paling melekat dengan “BMW” adalah teknologinya yang advance dan driving quality yang menyenangkan. Tidak terkecuali dengan mobil Matic BMW. 

Sebelumnya, bagi saya, mobil matic hanya menawarkan kenyamanan namun mengabaikan hal lain, bahkan cenderung membosankan. Tapi ternyata tidak dengan BMW. Ada dua perbedaan signifikan yang membuat saya tetap Excited dengan matic nya BMW:

Sport mode yang agresif

Matic BMW e34 menawarkan mode A (auto) dan mode S (sport) hanya dengan menggeser selector yang ada di sisi kanan tuas persneling. Mode A menawarkan sensasi yang nyaman, sama seperti mobil matic pada umumnya. Shifting gear alias perpindahan gigi terjadi di 2000 – 2500 rpm. Hasilnya, mobil terasa smooth dan cukup hemat BBM.

Mode  S menawarkan sensasi sporty dan agresif. Shifting terjadi di 4000 – 4500 rpm. Bisa dibayangkan, dengan mesin 3.000 cc V8, sensasi jambakan akselerasi diatas 3.000 rpm terasa begitu dahsyat. Tidak heran jika Pada saat itu BMW mengklaim bahwa hanya butuh 7.1 detik untuk berakselerasi 0 – 100 km/jam.

Tetap mengutamakan safety 

Salah satu yg paling krusial dari transmisi matic adalah minimnya “engine brake” alias pengereman mesin. Saat beban berkurang, semua transmisi matic akan otomatis shifting ke gigi lebih tinggi. Begitu juga di kondisi jalan menurun. Untuk mendapatkan engine brake yang cukup, driver harus menggeser tuas persneling ke posisi L1 atau L2 untuk membatasi transmisi matic agar tidak shifting ke gigi tinggi.

Sama dengan mobil matic lainnya, di BMW seri 5 tahun 94 ini pun disediakan posisi tuas di 2, 3, 4 untuk membatasi transmisi matic. BEDANYA, tanpa menggeser tuas ke posisi 2 3 4 alias tetap di posisi “D” pun, saat driver menginjak rem lebih dari sekian detik, maka transmisi menangkap sinyal bahwa mobil butuh engine brake dan secara otomatis akan melakukan shifting ke gigi rendah untuk mendapatkan “Engine Brake”. Hal ini tidak saya temukan di Toyota Fortuner 2008.

Yes, I like it!

BMW Matic? Why Not?

#TheUltimateDrivingMachine

[Review] 5.000 km Bersama BMW E34 530i Individual 1994

img_4195.jpg

Bro n Sist…

Genap 5 bulan saya memelihara BMW merah ini. Mobil Eropa pertama yang menemani perjalan kami menyusuri indahnya Indonesia.

Bagi saya, BMW bukan srkedar mobil eropa layaknya Mercy, Volvo, Audy dsb. BMW memiliki nilai history tersendiri karena 17 tahun yang lalu, BMW khususnya yang bermesin V8 ini sempat saya idam-idamkan hingga terbawa mimpi. Alhamdulillah, walaupun terlambat, akhirnya kesampean juga memilikinya, merasakan sensasi juga aromanya yang khas.

Sebelum lanjut ke review, bagi Bro n Sist yg belum tahu, saya jelaskan lagi tentang BMW E34 530i Individual.

E34 menunjukkan kode body BMW seri 5 tahun 1988 – 1996. Ciri khasnya masih menggunakan dua pasang lampu depan bulat.

530i artinya BMW seri 5 dengan kubikasi mesin 3.000 cc. Untuk body E34, mesin 3.000cc yang disematkan adalah mesin dengan kode M60 yaitu mesin dengan konfigurasi V 8 silinder DOHC 32 valve.

Individual seri spesial edition untuk BMW dengan beberapa perbedaan dibanding seri non Individual, diantaranya electric seat, coolbox, krey elektrik dll.

Lanjut ke review kepemilikan BMW usia 22 tahun ini:

Fun & Nyaman

Biarpun tidak begitu agresif, e34 530i ini masih cukup mengasyikkan untuk bermain-main. Cukup geser selector transmisi matic ke mode “S” (sport), mobil dengan body cukup bongsor ini siap melesat kencang dalam hitungan detik.

Di sisi lain, kenyamanan suspensi dan kabin mobil ini sangat memanjakan kami betah berada di dalamnya. Suspensi yang lembut membuat mobil ini minim guncangan. Kabin yang super kedap, hanya menyisakan suara deru mesin V8 yang memacu adrenalin. Saking kedapnya, saya pernah hampir tertimpa palang pintu kereta api yang sudah mulai turun, akibat tidak mendengar suaranya.

Tampil Beda

Di Jogja, BMW E34 ini jumlahnya tidak sampai 30 unit. E34 530i tidak sampai 10 unit, dan E34 530i Individual sementara ini hanya ada SATU. Alhasil, mobil tua dengan warna menyala ini kerap mencuri perhatian pengguna jalan. Hehehe

3 Kali Mogok

Sebagai pemula yang baru pertama kali memelihara BMW, saya sempat bingung saat pertama kali mengalami mogok. Alhasil, saya hanya menurut saat mekanik storing memvonis sensor crank shaft rusak. Diganti sepasang Rp. 800.000.

Setelah satu bulan keluar bengkel cat, mobil saya mogok lagi, ternyata masalahnya masih sama, busi selalu basah, dan penyebabnya hanya gara-gara relay ECU yang mulai lengket sehingga ON terus. Cukup dibersihkan oleh om Prayit Mandiri Motor Sport BSD, mesin pun normal kembali. Bahkan untuk kasus ini jasa perbaikan digratiskan karena sekalian servis & ganti oli. Thanks om Prayit..

Tiga hari setelahnya, mobil saya bawa dari Cikarang menuju Jogja via Pantura. Mobil kembali mogok tengah malam di daerah Kaliwungu Kendal. Saya cek box sikring, ternyata sikring fuel pump putus. Setelah saya ganti baru, langsung putus lagi. Dengan bantuan om  Kipu BMWCCI Semarang Chapter, akhirnya mobil saya normal kembali. Ternyata problemnya hanya karena konslet di konektor fuelpump.

Setelah kejadian itu, BMW saya tidak pernah mogok lagi, bahkan dibawa keluar kota, dan pulang tengah malam berani melewati jalur Randu dongkal- Purbalingga – Sempor- Gombong yang sangat sepi.

Problem AC 

Saya mengalami dua kali problem AC. Yang pertama, AC tidak bisa menyala sama sekali. Setelah dicek oleh mas Oni Kandang BMW Godean, ternyata hanya masalah dudukan sikring yang meleleh akibat tidak kuat menahan arus terlalu besar. Oleh mas Oni dibuatkan dua jalur pararel sehingga arus menjadi lebih kecil. AC pun normal kembali dengan biaya Rp. 100.000 saja

Yang kedua, kejadian baru dua minggu yang lalu, AC tidak dingin. Blower hanya menghembuskan angin. Setelah dicek oleh mas Oni, ternyata pulley compressor sudah menipis sehingga jarak magnet AC menjadi jauh. Hal ini bisa diatasi dengan mengurangi ring spacer puli. Kebetulan masih ada 3 ring. Jika sudah habis maka puli wajib diganti. AC pun normal kembali dengan biaya “seikhlasnya”.

Kebocoran Power Steering & Power Brake

Di BMW 530i ini power steering menyatu dengan power brake (booster rem). Saya pernah mengalami kebocoran di selang high pressure. Gejalanya, saat pedal rem diinjak, ada suara mendengung dan pedal terasa bergetar. Saya langsung menebak ada kebocoran di power brake karena ada tetesan di garasi. Benar saja, setelah dicek, minyak power steering/ power brake tinggal setengah. Solusinya, crimping ulang selang high pressure. Pengerjaan oleh mas Danang Kandang BMW Godean.

Kasus asap knalpot bau bensin

Awal November lalu, asap knalpot BMW saya terasa pedih di mata dan bau bensin menyengat. Saya curiga ada gangguan di MAF (Mass Air Flowmeter). Setelah discan di Wisan Motor, ternyata MAF normal. Hanya saja, ada dua Coil yang mati. Sempat heran juga, dua coil mati tetapi mobil masih bisa menyala bahkan sanggup melaju kencang. Ck..ck..ck..

Accident di jalur Deandels

Di perjalanan berangkat ke Bekasi, saya mengalami accident yaitu bumper belakang menyenggol bus. Akibatnya bumper pecah. Syukur Alhamdulillah mobil tidak oleng. Bahkan anak saya yang tidur di dalam mobil pun tidak sempat bangun.

Sekarang mobil saya sedang proses pengerjaan penggantian bumper satu set depan & belakang menggunakan Hartge body kit. Pengerjaan oleh mas Dimas Condong Catur.

Kesimpulan

  1. BMW 530i Individual menyajikan kenyamanan dan Driving Quality yang luar biasa yang jauh melebihi ekspektasi saya terhadap sebuah mobil. Tidak seperti sebelumnya yang lebih terasa menjiwai jika naik Roda dua, BMW ini mampu menggerakkan jiwa kami turut serta dalam setiap perjalanan.
  2. Saya tidak mengikuti anjuran para senior BMW untuk men servis total BMW saat baru menerimanya. Akibatnya terjadi beberapa problem yang sebenarnya sepele tetapi malah merepotkan.
  3. BMW sangat cocok untuk Automotive Enthusias yang sensitif terhadap detail kualitas berkendara. Anda akan sangat ketagihan. Sebaliknya, sangat tidak cocok untuk orang-orang yang hanya membutuhkan sarana pengangkut penumpang yang murah dan efisien.
  4. BMW merusak selera berkendara saya terhadap mobil.
  5. Terakhir, We Love BMW.

[Driving Review] BMW 530i Tahun 1994 3.000cc V8

bmw 530i

Bro n Sist…

Setelah dapat unit BMW 530i Individual tahun 1994, mobil tersebut langsung saya bawa dari Yogyakarta ke Cikarang untuk direview. Berikut ini hasil review saya, silahkan disimak.

BMW 530i Individual E34M60. 3.000cc V8 32 valve. Tahun 1994 (usia 22 tahun)

Rute: Jogja – Cikarang via Bumiayu

Kesan pertama



Mobil terasa bongsor, lebar dan panjang. Kabin lega dan mewah. Body e34 terlihat classic (jadul) dan berkarakter.

Fitur



ABS, air bag, electric seat, cool box, electric krey (rusak), electric mirror, dual mode untuk transmisi matic yaitu Auto (A) & Sport (S), instrumen cluster tergolong lengkap, sangat canggih pada jamannya, dll

Driving position



Driving position bisa diatur suka2 dengan pengaturan jok electric. Ada 4 axis pengaturan:

Maju mundur jok

Naik turun jok

Rebah tegak sandaran bahu

Naik turun sandaran kepala

Driving position terasa nyaman, visibilitas cukup baik, walaupun agak merepotkan bagi driver pemula. Kaca spion original BMW bagi saya terlalu datar (kurang cembung), akibatnya kendaraan di belakang terlihat sangat dekat. Perlu pembiasaan. Yg menarik, kaca spion ini anti silau.

Handling dan Suspensi



BMW e34 ini memiliki handling yg cukup baik, stabil di kecepatan tinggi, dengan body yg panjang dan lebar masih cukup mumpuni diajak menikung tajam, meskipun kalau dibandingkan dengan BMW seri 3 atau Mitsubishi Lancer, masih kalah presisi. Sedangkan untuk suspensi, e34 ini tergolong sangat nyaman. Suspensi empuk, tetapi tidak terasa mengayun. Bisa dibilang sektor kenyamanan suspensi inilah yg membuat e34 unggul telak dibanding e36 (seri 3).

Performa



Dengan engine 3.000 cc V8 DOHC 32 valve, mobil ini punya tenaga yang beringas mencapai 218HP. Sayangnya dengan konvigurasi V8, tenaga yg dahsyat baru terasa diatas 2500rpm, dibawah itu terasa biasa saja.

Pada mode A, akselerasi mobil ini tidak terlalu istimewa untuk ukuran BMW, tapi pada mode S, sekali tancap gas dijamin badan langsung tersentak tertarik ke belakang. Sangat asyik untuk bermain2 menyalip di Tol, tinggal towel ke mode S, mobil serasa pakai NOS. Wuuush… Meskipun dengan konsekuensi konsumsi bbm yg sangat boros.

Traksi dan Pengereman


Traksi ban Bridgestone Turanza 225/60 -15 yang terpasang di velg 15″ standar BMW seri 5 ini tergolong cukup baik. Beberapa kali terpaksa melakukan hard braking, tidak ada gejala slip, bahkan di kondisi track basah. Hal ini tentunya juga berkat kinerja rem ABS dan power brake yang berfungsi dengan baik.

Untuk mobil dengan bobot 1.6 ton transmisi matic, saya mengapresiasi kualitas pengereman mobil ini. Meskipun tidak sebaik seri 3 yang memiliki bobot lebih ringan.

Konsumsi BBM



Dengan cara driving masih sering lihat jarum “Fuel Consumption” (tujuan eco drive) tapi terkadang sering lupa, sering main-main dengan mode sport sampai 4500 rpm. Konsumsi BBM rata2 sekitar 7.5km/liter untuk perjalanan Jogja – Cikarang menggunakan Pertamax 92.

Kesimpulan



BMW e34 M60 Individual menawarkan kenyamanan yang baik dengan segudang fitur yg memanjakan tanpa menghilangkan karakter BMW di dalamnya. E34 cocok untuk perjalanan jauh bersama keluarga. Mobil dengan usia 22 tahun yang memiliki teknologi dan kenyamanan diatas rata-rata. Bahkan mobil tua ini masih terasa lebih nyaman dan lebih kencang jika dibandingkan mobil 300jutaan yang baru keluar dari dealer. Trust me!
Pros :

(+) Suspensi nyaman

(+) Kabin cukup luas

(+) Interior mewah dan kaya fitur

(+) Handling stabil di kecepatan tinggi
Cons

(-) Body bongsor, panjang dan lebar

(-) Kurang lincah dibanding seri 3

(-) Boros BBM

(-) Eksterior terkesan jadul
Bro n Sist, silahkan dikomentari…

 

Baca juga:

Bengkel Spesialis BMW, OB Motor Jogja

7 Alasan Jangan Beli BMW 530i E34

Berburu BMW Tua

bmw tua

Bro n Sist…

Bulan september ini menjadi awal yang baru bagi saya karena kami sekeluarga akan melanjutkan petualangan berikutnya dengan kendaraan yang saya idam-idamkan selama bertahun-tahun yaitu sebuah BMW. Di blog tercinta ini, saya akan mendokumentasikan sekaligus berbagi cerita tentang BMW, siapa tahu bisa bermanfaat bagi Bro n Sist yang tertarik untuk memelihara the ultimate driving machine ini.

Babak pertama dimulai dengan mengumpulkan informasi mengenai BMW tua ini. Di era informasi seperti sekarang ini, asalkan mau, tidak akan kesulitan memperoleh infornasi yang kita perlukan, termasuk info tentang BMW tua. Mulai dari forum diskusi (semacam kaskus, seraya motor, modcom), group FB sampai blog yang mengulas tentang BMW tua ini dengan mudah kita temukan.

Mengumpulkan informasi ini sangat penting bagi saya untuk mengetahui suka duka, plus minus, serta kenikmatan dan resiko yang akan saya terima jika memelihara BMW tua.

Kenapa BMW tua?

Sudah pasti jawabannya karena BMW muda masih diluar jangkauan. Namun kalau ditanya “kenapa BMW?” jawabannya karena saya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan BMW sejak tahun 1999 lalu. Bukan cuma itu, BMW adalah mobil kedua yang saya kendarai dan sensasinya masih terasa setelah hampir 17 tahun berpisah. Sensasi yang luar biasa yang tidak saya temukan setelah beberapa kali bergonta-ganti mobil.

Memilih BMW Tua

Dengan budget yang terbatas serta kebutuhan kabin yang luas, saya menjatuhkan pilihan pada BMW seri 5 E34 yang cukup populer di awal 90an. BMW dengan body E34 yang masuk ke Indonesia ternyata banyak macamnya:

535i E34M30 = 3500 cc dengan kode mesin M30, sistem injeksi masih menggunakan Jetronic

520i E34M20 = 2000cc 6 silinder inline dengan kode mesin M20, sistem injeksi masih menggunakan Jetronic dan menggunakan timing belt

518i E34M40 = 1800cc 4 silinder dengan kode mesin M40, masih menggunakan timing belt. Untuk body E34, tenaga mesin M40 ini dirasa sangat kurang.

520i E34M50 = 2000cc 6 silinder inline dengan kode mesin M50, sistem injeksi menggunakan Motronic (ECU) dan menggunakan timing chain.

520i E34M50TU = 2000cc 6 silinder inline dengan kode mesin M50TU, sistem injeksi menggunakan Motronic, mekanisme valve menggunakan timing chain dan dilengkapi dengan VANOS (semacam VVTi di toyota).

530i E34M60 = 3000cc 8 silinder V DOHC 32 valve dengan kode mesin M60. Sistem injeksi Motronic.

Diantara beberapa tipe BMW seri 5 e34 tersebut, 520i E34M50TU diklaim ketersediaan sparepart nya paling banyak, karena menggunakan mesin yang sama dengan adiknya yaitu BMW 320i E36 yang memiliki populasi sangat banyak.

Saya sendiri pada awalnya prefer untuk mendapatkan 520i M50TU. Namun takdir berkata lain, semua berubah saat saya test drive BMW 530i E34M60 3000cc V8 Individual. Seakan lupa dengan pakem konsumsi BBM dan ketersediaan sparepart. Sensasi kenyamanan seri Individual serta jambakan setan dari mode “Sport” di matic 3000cc ini benar-benar membuat saya terlena. Seperti terhipnotis, sekejap saya pun lupa dengan beberapa 520i yang saya datangi dan test drive sebelumnya. Bahkan saya lupa dengan standar pengecekan membeli mobil bekas. Pada akhirnya mobil pun mampir ke garasi ditebus dengan harga yang murah, namun memiliki beberapa PR yang tidak murah.

Penampakan BMW Tua Penghuni Garasi

Inilah badak merah penghuni garasi kami. BMW 530i E34 M60 B30 Individual. Seri Individual adalah seri dengan interior yang berbeda dengan seri standar. Dilengkapi dengan electric seat, electric krey, dan cool box (kulkas) menjadikan seri ini lebih mewah.

bmw tua

Tahapan berikutnya adalah restorasi agar bisa tampil seperti foto yang pertama. Hehehe…

Bro n Sist, silahkan dikomentari.

 

Baca juga:

Bengkel Spesialis BMW di Yogyakarta

Menjajal BMW 530i dari Jogja ke Bekasi via tol Cipali

7 Alasan jangan beli BMW E34 530i