Jalan-jalan ke Pantai Glagah Kulonprogo Yogyakarta

Bro n sist sekalian,

Ini adalah catatan jalan-jalan saya sewaktu mau memodifikasi enggine si Brievo di bengkel TRB Yogyakarta. Silahkan dilihat-lihat dan dikomentari…

Perjalanan start jam 08:00 WIB siang dari Cikarang ( Rumah sang boncenger ), lanjut ke Cirebon ( Tanah Kelahiran saya ), sampai di Cirebon jam 10:45 WIB, cepet juga ya.

Sempat beristirahat di sebuah Mini market di daerah Ciasem Subang.

.

Dari Cirebon, perjalanan dilanjutkan jam 01:30 WIB dini hari bareng Mas Agus (master touring dari Cirebon). Ternyata Brievo kondisi standar, full box plus boncenger membuat saya benar-benar kwalahan untuk mengimbangi Mas Agus seorang diri dengan kondisi motor hasil modifikasi TRB. Padahal beliau mengatakan ” nanti jalannya santai saja yaa.. “.

Mas Agus di jalur Kebumen – Yogyakarta

.

Jalur yang kami tempuh adalah jalur selatan yaitu dari brebes belok kanan melewati Bumi Ayu, Wangon, Banyumas, Gombong, Kebumen, purworejo, Yogyakarta.

Pantai Glagah terletak di desa Glagah kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.

.

Deburan ombak yang tinggi menerjang dermaga, hamparan pasir yang luas, serta perkebunan buah naga yang segar menjadikan pantai ini sayang untuk dilewatkan jika bro n sist touring ke Jokja. Daya tarik lainnya yaitu terdapat laguna air yang sangat luas yang dapat dikelilingi dengan menggunakan perahu. Disini juga dilengkapi dengan beberapa rumah makan, agro wisata (panen dan minum jus buah naga), serta beberapa penginapan yang bersih dengan tarif yang terjangkau yaitu berkisar antara Rp. 50.000,- sampai Rp. 150.000,- per malam.

Silahkan diliahat-lihat…

.

Dermaga yang panjang 

.

Rumah makan dengan menu seafood yang cukup lengkap

.

Dapat berkeliling di Laguna air yang luas dengan menggunakan perahu

.

Perkebunan buah naga menambah segar suasana pantai

.

Silahkan dikomentari…

Tanjung Layar yang tak Terlupakan

Perjalanan ini dilatarbelakangi oleh rasa penasaran yang begitu dalam ketika saya melakukan perjalanan marathon ke pantai selatan kabupaten Lebak (baca disini). Perjalanan ini saya lakukan bersama seorang kawan dari PRIDES dan beberapa rekan satu kantor. Total rombongan ada 5 motor yaitu 2 Pulsar, 1 Scorpio, 1 Jupiter MX, 1 Mio. Dengan bermacamnya jenis motor tersebut, maka perjalanan dilakukan dengan santai dan pelan. Rute yang kami lalui :

Batu Ceper (Tangerang) – Bitung (Tangerang) – Balaraja – Cikande – Rangkasbitung – Pandeglang – Saketi – Malingping – Sawarna – Cisolok – Pelabuhan Ratu – Cikidang – Cibadak – Bogor.

Start pukul 13:00 WIB finish pukul 21:00WIB di hari berikutnya.

Lama perjalanan:

– Berangkat ( dari Batu Ceper Malingping ) : 8 jam

– Dari Malingping ke Sawarna : 2 jam

– Pulang ( dari Sawarna ke Bogor ) : 6 jam

* dengan kecepatan maksimal 50 Km/jam

Kondisi Jalan :

– Dari Batu Ceper sampai Cikande kondisi jalan cukup baik, hanya perlu diwaspadai adanya lubang di beberapa titik, serta ada kerusakan jalan selepas Balaraja. Lalulintas padat di beberapa titik.

– Dari Cikande sampai Rangkasbitung kondisi jalan rusak parah, hanya ada beberapa titik yang sudah dicor, ada pula jalan yang sudah dicor tetapi rusak (retak-retak). Lalulintas sepi. Disarankan untuk tidak melewati rute ini melainkan melewati Serang.

– Dari Rangkasbitung sampai Pandeglang kemudian Saketi kondisi jalan cukup baik. Lalulintas lancar.

– Dari Saketi sampai Malingping kondisi jalan rusak. Lalulintas lancar. Ada alternatif melalui rute Rangkasbitung – Gunung Kencana – Malingping, kondisi jalan cukup baik, namun melewati hutan dan perkebunan yang sangat panjang dan sangat tidak disarankan melewati jalan tersebut pada malam hari.

– Dari Malingping sampai Sawarna kondisi jalan cukup baik, lalulintas lancar. Hanya perlu diwaspadai saat melewati turunan curam memasuki desa Sawarna.

– Dari Sawarna sampai Cibadak kondisi jalan cukup baik dengan track jalan berkelok, menanjak dan menurun. lalulintas lancar.

– Dari Cibadak sampai Bogor kondisi jalan cukup baik, namun lalulintas sangat padat dan terjadi kemacetan yang cukup parah di beberapa titik.

Selanjutnya biarkan gambar yang berbicara

Titik kebarangkatan. Pukul 13:00 WIB

Menunggu kawan yang menyusul

Mengecek salah satu motor yang dirasa ada kelainan


Wet riding di jalan rusak ( Cikande ke Rangkasbitung )

Kondisi jalan Cikande – Rangkasbitung yang rusak parah

Beristirahat di SPBU Rangkasbitung, salah satu SPBU yang cukup nyaman untuk beristirahat, dilengkapi dengan Toilet yang bersih serta Musholah yang rapih.

Hujan telah reda, kondisi jalan dari Rangkasbitung sampai Pandeglang cukup baik

Sampai di Pantai Bagedur ( Malingping ) pukul 21:00 WIB, makan malam dilanjutkan dengan bersantai mengelilingi api unggun. Sungguh suasana yang tak terlupakan.

Pukul 04:30 WIB meninggalkan Pantai Bagedur ( Malingping ) menuju desa Sawarna Kecamatan Bayah Kab. Lebak. Sekitar pukul 06:15 WIB memasuki desa Sawarna. Obyek yang pertama kami tuju di desa Sawarna adalah Goa Langir.

Pagi hari di pantai sekitar Goa Langir desa Sawarna

Gemuruh suara ombak memberikan nuansa tersendiri di pagi hari itu

Terkesima akan eksotika pantai di sekitar Goa Langir desa Sawarna. Indahnya hamparan pasir dan karang menghadirkan kedamaian yang tiada tara

Panorama indah di sekitar Goa Langir desa Sawarna

Pintu masuk Goa Langir.

Panorama yang memanjakan mata sehingga enggan untuk meninggalkannya

Sekitar pukul 10:00 WIB meninggalkan area Goa Langir menuju Kampung Ciantir desa Sawarna. Untuk memasuki kampung Ciantir ini dikenakan retribusi Rp. 2.000,- per motor dan harus melewati jembatan gantung dengan lebar kira-kira 80 cm.

Di dalam kampung Ciantir terdapat rumah-rumah penduduk yang disewakan dengan sistem sewa per orang dan termasuk makan 3 kali. Sewa berkisar antara Rp. 60.000,- sampai Rp. 150.000,- per orang per hari dengan 3 kali makan. Obyek yang bisa dikunjungi di kampung Ciantir ini yaitu Tanjung Layar dan Pantai Ciantir.

Keindahan panorama Tanjung Layar yang tak terlupakan

Gugusan karang menghiasi jernihnya air laut dengan dasar batu karang yang dangkal

Bukit karang yang menjulang di antara jernihnya air

Kerinduan yang mendalam akan indahnya tempat ini

Deburan ombak menerjang kokohnya batu karang

“Aku ingin kembali kesana”

Benar-benar tak akan terlupakan

Perjalanan yang menyenangkan dari Sawarna ke Cisolok

Panorama di sepanjang jalan dari Sawarna ke Cisolok

Sempat beristirahat di Pantai Karang Hawu


Serunya riding di sepanjang jalan Pelabuhan Ratu ke Cibadak Via Cikidang

Saya berpisah dari rombongan di Ciawi ( Bogor ) untuk melanjutkan perjalanan ke Cikarang.

Demikian liputan perjalanan ini, semoga bermanfaat bagi kawan-kawan pecinta jalan-jalan dengan sepeda motor. Silahkan dikomentari…

 

Baca juga :

Panorama Teluk Kiluan Tanggamus Lampung

Perjalanan ke Ujung Kulon

Pertama saya mohon maaf jika informasi perjalanan kali ini terkesan “begitu-begitu saja”. Perjalanan ini saya lakukan selama 20 jam dimulai dari pukul 23:00 WIB dan kembali sampai di rumah (Tangerang) pukul 19:00 WIB.

Ujung kulon adalah lokasi tujuan wisata di provinsi Banten yang cenderung bersifat wisata alam atau wisata petualang (adventure). Rute yang dapat dilalui bagi para bikers dari jakarta adalah: Jakarta – Kalideres – Tangerang Kota – Bitung  – Cikupa – Balaraja – Serang – Pandeglang – Labuan – Panimbang – Cibaliung – Sumur – Taman Jaya (Ujung Kulon) dengan jarak tempuh sekitar 240 Km. Perjalanan dari Jakarta menuju Ujung Kulon bisa ditempuh dalam waktu kira-kira 7 jam dengan beberapa kali istirahat.

Lebih disarankan untuk melakukan perjalanan pada waktu dini hari. Selain kondisi lalulintas yang lengang, udara yang sejuk juga menambah kenyamanan rider serta mencegah mesin terlalu panas.

Kondisi jalan:

Kondisi Jalan dari Jakarta sampai Cikupa terbilang cukup baik, lalulintas cenderung  padat di pagi hari sampai menjelang malam hari.

Kondisi jalan dari Cikupa sampai Serang sering ditemukan lubang di ruas jalan, bahkan di beberapa titik terdapat ruas jalan yang rusak cukup parah, lalulintas cenderung padat di pagi hari dan sore hari.

Kondisi jalan dari Serang sampai Pandeglang cukup baik, hanya perlu diwaspadai beberapa lubang jalan, lalulintas cenderung ramai lancar di pagi hari sampai menjelang malam hari.

Kondisi jalan dari Pandeglang sampai Labuan sering ditemukan lubang di ruas jalan, bahkan di beberapa titik terdapat ruas jalan yang rusak cukup parah, namun di beberapa titik sudah diperbaiki dan diaspal ulang. Lalulintas lancar.

Kondisi Jalan dari Labuan sampai Cibaliung terbilang cukup baik, lalulintas lancar.

Kondisi jalan dari Cibaliung sampai Sumur merupakan jalan desa beraspal, sering ditemukan kerusakan jalan, lalulintas Lancar.

Kondisi jalan dari Sumur sampai Taman Jaya merupakan jalan berbatu, di beberapa titik terdapat kubangan air yang cukup dalam dan juga melewati beberapa saluran air yang dihubungkan dengan batang pohon kelapa.

Bisa beristirahat sejenak di kota pandeglang

SPBU di desa Kadu Gadung kira-kira 5 Km sebelum Labuan, bisa dijadikan tempat menginap

Salah satu pemandangan di sepanjang jalan dari Panimbang sampai Cibaliung

Gerbang masuk Taman nasional Ujung Kulon

Pemandangan di pantai Sumur, tampak Pulau Umang di kejauhan

Pemandangan di pantai Sumur, tampak Tanjung Lesung di kejauhan

Pantai Sumur

Salah satu pemandangan di sepanjang jalan dari Sumur sampai Taman Jaya

Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon

Untuk melanjutkan perjalanan menuju pedalaman hutan Taman Nasional dapat dilakukan dengan berjalan kaki kira-kira 1 minggu dari Taman nasional atau dengan menggunakan kapal nelayan sampai di ujung pulau jawa dan dilanjutkan dengan berjalan kaki kira-kira 3 hari.

Selain menuju pedalaman Taman Nasional, kita juga dapat berwisata ke Pulau Peucang dan pulau Panaitan. Pulau peucang adalah pulau yang dijadikan obyek wisata dengan beberapa penginapan, listrik dan sumber air tawar. Pulau panaitan adalah pulau yang tidak berpenghuni dan dijadikan sebagai hutan lindung. Untuk menuju ke pulau Peucang maupun pulau Panaitan dapat menggunakan kapal nelayan baik dari Sumur maupun dari Taman Jaya. Tarif sewa kapal nelayan menuju ujung pulau jawa, pulau Peucang maupun pulau Panaitan kurang lebih sama, yaitu berkisar Rp. 1.500.000,- dari Taman Jaya dan Rp. 2.000.000,- dari Sumur.

Tips khusus:

– Sediakan waktu yang cukup dan kondisi fisik yang prima bila ingin menuju pedalaman hutan Ujung Kulon.

– Sediakan dana yang cukup atau rombongan yang cukup banyak jika ingin menyebrang ke pulau Peucang atau pulau Panaitan.

Demikian informasi perjalanan yang sangat sederhana ini, semoga bermanfaat, khususnya bagi bro dan sist sekalian yang akan melakukan perjalanan ke Ujung Kulon.

Indahnya Pantai Selatan Kabupaten Lebak

Kali ini saya melakukan perjalanan marathon menyusuri pantai selatan Kabupaten Lebak – Banten dan Kota Pelabuhan Ratu – Jawa Barat. Lokasi-lokasi yang saya kunjungi diantaranya:
Pantai Bagedur (Malingping Kab. Lebak)
Pantai Sukahujan (Cihara Kab. Lebak)
Pantai Kirana (Wanassalam Kab. Lebak)
Pantai Karang Malang (Binuangeun Kab. Lebak)
Pulau Manuk (Bayah Kab. Lebak)
Sawarna (Bayah Kab. Lebak)
Pantai Karang Hawu (Pelabuhan Ratu)
Rute yang ditempuh:
Berangkat – Pulang:
Bitung – Balaraja – Serang (Ciruas) – Pandeglang – Saketi – Malingping – Cihara – Malingping – Wanassalam – Binuangeun– Malingping – Bayah – Sawarna – Pelabuhan Ratu – Cikidang – Cibadak – Bogor – Ciseeng – BSD – Lippo Karawaci – Bitung.
Perjalanan dimulai pagi. Tepat jam 03:15WIB saya berangkat dari rumah (Bitung Curug Tangerang) dengan bekal seadanya karena memang tidak berencana untuk menginap. Perjalanan Bitung – Balaraja Lancar, Brievo saya pacu hingga kecepatan 90 Km/jam. Sesampainya di Balaraja timur, mendadak turun hujan, saya pun segera mencari tempat berteduh untuk memakai jas hujan dan sepatu boot. Perjalanan pun saya lanjutkan, Balaraja – Serang – Pandeglang sepi lancar,. Jam 05:15 saya menyempatkan diri untuk beristirahat di SPBU antara Pandeglang – Menes. Sekalian menunaikan Sholat subuh dan isi BBM Full.

Tepat Jam 05:45 perjalanan saya lanjutkan.

Perjalanan dari Pandeglang – Saketi melewati jalan beraspal halus, namun perlu diwaspadai adanya beberapa lobang yang tiba2 muncul.
Sampai Saketi saya pun berbelok ke kiri ke arah Malingping. Jalanan Saketi Malingping cukup parah, Brievo Cuma melaju 10 – 40 Km/jam.

Setelah menempuh perjalanan offroad yang melelahkan, saya pun memutuskan untuk beristirahat di Jalupang Pasar Kecamatan Banjarsari sekalian sarapan pagi.

Seusai sarapan, perjalanan saya lanjutkan, masih dengan kondisi jalan yang rusak.

Akhirnya saya sampai juga di Pasar Malingping. Saya langsung belok kanan (kearah terminal), sampai di pertigaan terminal Malingping belok kanan kembali kearah Binuangeun, kira-kira 3KM tampak ada Petunjuk Bagedur Cottage di sisi kanan jalan.

Brievo saya belokkan ke kiri untuk memasuki area pantai Bagedur. Tepat Jam 08:30 sampai di bibir pantai Bagedur. Cuaca yang cerah, semakin memperindah pemandangan di pantai yang terkenal sangat landai ini. Sesekali awan mendung turut menghiasi indahnya langit pantai Bagedur.

Desiran ombak yang menggulung, hembusan angin sepoy-sepoy indahnya awan putih menghiasi langit biru, serta keramahan bapak dan ibu pemilik warung membuat saya betah berlama-lama disini. Hati ini terasa enggan untuk meninggalkan tempat seindah ini.

Kakek penjual gula aren, sorot matanya masih memancarkan semangat hidup yang membara, membuat saya merasa malu pada diri sendiri.
Hamparan laut biru nan jernih terpampang sejauh mata memandang kearah selatan. Sedangkan di sebalah barat dan timur tampak ada daratan nyang menjorok kelaut, dalam bahasa Indonesia disebut “Tanjung”. Namun penduduk sini menyebutnya “ancol”.

Jam 10:00 saya pun pamit untuk meninggalkan pantai Bagedur dan pergi kea rah timur. Kira-kira 6 Km kea rah timur, saya terkesima dengan pemandangan yang begitu indah yakni pantai “Suka Hujan”. Pantai yang dapat terlihat jelas dari jalan raya Malingping – Bayah ini memiliki perbedaan dengan pantai Bagedur. Jika di pantai Bagedur terdapat hamparan pasir yang sangat luas, maka disini terdapat Hamparan batu karang yang kokoh menahan terjangan ombak laut selatan yang maha dasyat.

Setelah puas menikmati pemandangan di pantai suka hujan, saya pun kembali melanjutkan perjalanan, kali ani saya masih penasaran dengan ancol yang ada di sebelah barat pantai Bagedur. Brievo saya pacu ke ambali ke arah barat dengan kecepatan sedang. Kira-kira 2 KM setelah melewati gerbang pantai Bagedur, mata ini dibuat terkesima dengan oleh pemandangan nan elok di sebelah kiri jalan. Rupanya ada sebuah pantai dengan hamparan pasir putih yang tidak terlalu luas namun menghadirkan nuansa yang eksotis di tepian ombak yang menggulung. Rupanya pantai tersebut dikelola oleh perorangan, “Pantai Kirana” begitu sebutan untuk pantai ini. Saya pun tak sabar untuk menjejakkan si brievo di hamparan pasir putih nan indah itu.

Setelah puas beroffroad ria di pasir putih, saya melanjutkan perjalanan kea rah barat yaitu menuju desa Binuangeun, konon disana terdapat ancol yang dijadikan objek wisata yang disebut “Karang Malang”. Setelah menempuh jarak sekitar 4 Km, sampailah saya di pantai Karang Malang ini. Beberapa warung berbaris di tepi pantai memudahkan para pelancong seperti saya ini untuk beristirahat.

Pantai Karang Malang merupakan pantai yang indah dengan laut yang jernih dihiasi batu-batu karang yang unik. Di kejauhan Nampak sebuah pulau kecil yang menurut penduduk sekitar disebut Pulau Tinjel. Pulau Tinjel adalah sebuah pulau kecil yang berpenghuni. Sempat terlintas dalam hati untuk menyebrang menuju kesana, namun ternyata biaya sewa kapal menuju kesana cukup besar. Jadilah saya hanya beristirahat sambil menikmati panorama pantai yang sangat eksotis.

Setelah cukup lama saya beristirahat di pantai Karang Malang, tepatnya Jam 13:00 saya melanjutkan perjalanan kembali ke arah timur menuju ke Pantai Taroje dan Pulau Manuk yang terletak di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Jalanan yang mulus dan lengang tanpa sadar membuat saya memacu brievo hingga kecepatan 100 Km/jam. Sampai di daerah Cihara, tiba-tiba turun hujan, saya pun kembali mengenakan jas hujan, kebetulan sepatu boot terus saya pakai semenjak di Balaraja tadi pagi. Perjalanan terasa nikmat dengan suguhan pemandangan yang teramat indah separti ini.

Di perjalanan, saya menyempatkan diri berhenti sejenak untuk melaksanakan sholat dzuhur. Setelah menempuh perjalanan sekitar 60 Km, saya pun sampai di pantai Pulau manuk. Sungguh luar biasa pesona alam yang ada di pesisir pantai selatan Kabupaten Lebak ini. Di sini saya kembali beristirahat sambil makan siang.

Sekitar jam 15:00WIB saya melanjutkan perjalanan kea rah timur. Setelah memasuki hutan dan melewati turunan yang sangat curam, sampailah saya di desa Sawarna. Ya, sebuah desa yang tidak asing bagi para traveler. Berhubung hari mulai sore, maka saya hanya sempat mencicipi jembatan desa Sawarna dan terpaksa harus menunda hasrat untuk bercengkrama dengan pesona Pantai tanjung Layar, Goa langir dan goa lalay. Semoga dapat terwujud di lain kesempatan.

Kira-kira jam 17:00 WIB saya bergegas melanjutkan perjalanan pulang, kali ini saya berencana pulang melalui Pelabuhan Ratu. Jalanan berliku dan menanjak tajam membuat saya ekstra hati-hati dalam mengendalikan Brievo. Di tengah perjalanan, saya sempat mengabadikan indahnya pantai Cisolok dari kejauhan.

Menjelang petang, saya sampai di pantai Karang Hawu. Saya pun berhenti untuk beristirahat dan tentunya menikmati suasana sore hari di tepi pantai nan indah. Sangat disayangkan, di lokasi ini saya tidah dapat melihat sun set karena terhalang oleh bukit di sebelah barat. Namun semuanya tergantikan dengan indahnya warna langit sore di Karang Hawu. Benar-benar menakjubkan.

Setelah puas menyaksikan langit sore di Karang Hawu, saya pun melanjutkan perjalanan pulang melalui Cikidang.

Saya pun akhirnya sampai ke rumah dengan selamat pada jam 23:15 WIB setelah sempat beristirahat dua kali di Cikidang dan di Bogor. Demikian coretan perjalanan ini saya torehkan, semoga bermanfaat bagi pembaca. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas komentar, kritik dan saran dari para pembaca sekalian.

Salam persaudaraan dan tetaplah menjaga keselamatan saat berkendara.

Total jarak tempuh : 501 Km

Total Biaya : Rp. 156.000,-

Total Waktu : 20 jam

Salam Persaudaraan

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera buat kita semua.

Begitu indahnya Indonesia, itulah kalimat yang seolah klise namun menjadi teramat berarti bagi saya di tahun 2011 ini. Di tahun ini, saya mulai mencoba melintasi jalanan dan daerah yang belum pernah saya lalui sebelumnya dengan menggunakan sepeda motor.

Bajaj Pulsar 180CC UG4 kelahiran Januari 2011 saya beri nama “Brievo”. Kesan sederhana pada tampilan si Brievo senantiasa saya jaga, dengan tidak memodifikasi tampilannya secara ekstrim. Sebaliknya saya banyak melakukan modifikasi pada sektor fungsionalnya, seperti menambahkan box, engine guard, klakson, sampai meningkatkan performa engine.

Mohammad Faizin, begitulah nama yang diberikan oleh kedua orang tua saya kepada saya kira-kira 29 tahun yang lalu. Tepatnya hari Jum’at tanggal 8 bulan Rabiul awal 1403 H. Tapi “apalah arti sebuah tanggal lahir?” kira-kira demikian pemaknaan saya terhadap tanggal lahir.

Tidak ada yang istimewa pada diri saya, namun lembaran-lembaran ini insyaAllah ke depannya akan menjadi kanvas yang berisi coretan cerita-cerita tentang perjalanan menjangkau berbagai daerah yang saya lakukan bersama si “Brievo”.

Salam kenal dan salam persaudaraan dari saya, semoga kita semua bisa menikmati indahnya berkendara keliling negeri ini dengan semangat persaudaraan dan saling menjaga keselamatan bersama.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Mohammad Faizin

proleevo

PRIDES #446